MENINJAU SEJARAH AWAL MULA PERINGATAN MAULID NABI

Ditulis oleh Hizami (Mahad Aly Al Fithrah Semester 3)

Sumber Gambar: https://www.krjogja.com/yogyakarta/

Peringatan maulid nabi merupakan sebuah peringatan yang sangat ditungggu-tunggu oleh masyarakat Islam, khususnya di Indonesia. Namun tidak banyak yang tahu mengenai sejarah kapan pertama kali peringatan maulid nabi dilaksakan, sehingga penulis tertarik untuk membahasnya pada kesempatan kali ini, dengan harapan pembaca bisa mengetahui lebih banyak terkait sejarah peringatan maulid.

            Sebenarnya perlu dibedakan antara peringatan maulid nabi yang hanya sekedar memperingati dan peringatan maulid nabi yang berbentuk seremonial. Karena dari zaman Nabi Muhammad sendiri sudah memperingati maulid atau hari kelahiran beliau sendiri dengan cara berpuasa. Beliau pernah ditanya mengenai puasa tersebut (puasa senin), kemudian beliau besabda:

قالَ: ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ، وَيَوْمٌ بُعِثْتُ، أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ

“Itu adalah hari, ketika aku dilahirkan dan aku diutus (sebagai Rasul), atau pada hari itulah wahyu diturunkan kepadaku.”(H.R. Muslim)Terkait maulid nabi yang berbentuk ceremonial itu terdapat perbedaan pendapat dikalangan ahli sejarah mengenai kapan dilaksanakannya maulid nabi yang berbentuk ceremonial. Namun yang pasti perayaan maulid nabi sudah terekam dalam catatan dan karya ulama-ulama’ klasik.

            Salah satunya adalah imam Suyuti yang hidup pada abad 9-10 H, dalam kitabnya yaitu al-Hawi, beliau menjelaskan bahwa yang pertama kali mengadakan ceremonial perayaan maullid adalah penguasa Irbil (sekarang masuk Baghdad) yang bernama Raja Mudaffar Abu Sa’id Kukbari Ibn Zain al-Din ‘Ali Ibn Buktikin, Imam Suyuti mengatakan:

وَأَوَّلُ مَنْ أَحْدَثَ فِعْلَ ذَلِكَ صَاحِبُ اِرْبِل الَملِكُ الْمُظَفَّر أَبُوْ سَعِيْد كُوْكْبَرِي بِنْ زَيِنِ الدِّيْنِ عَلِي اِبْنِ بَكْتَكينْ أَحَدُ الْمُلُوْكِ الْأَمْجَادِ وَالكُبَرَاءِ الْأَجْوَادِ وَكَانَ لَهُ آثَارٌ حَسَنَةٌ، وَهُوَ الَّذِي عَمَّرَ الجَامِعَ الْمُظَفَّرِي بِسَفْحِ قَاسِيُوْنَ

“Orang yang pertama kali mengadakan peringatan maulid nabi yang berbentuk ceremonial adalah penguasa Irbil(sekarang masuk dalam teritori Baghdad) yaitu Raja Mudaffar Abu Sa’id Kukbari Ibn Zain al-Din ‘Ali Ibn Buktikin, salah seorang raja yang mulia, agung dan dermawan. Ia juga mempunyai track record yang bagus. Ia yang membangun Masjid al-Mudhaffari di kaki gunung Qasiyun.”(Jalal al-Din Al-Suyuti, al-Hawi Li al-Fatawi (Beirut: Dar al-Fikr, 2004), 1, 222).

          Ia dalam kitabnya juga mengatakan bahwa perayaan maulid yang berupa ceremonial merupakan bid’ah Hasanah karena di dalamnya berisi hal-hal yang baik seperti membaca Qur’an, membaca sejarah nabi, perkumpulan manusia kemudian dibarengi makan bersama dan lainnya yang baik-baik, sehingga menurutnya orang yang melakukannya dibalas atau diganjar dengan pahala.

            Berbeda dengan pendapat di atas, Syaikh Hasan al-Sandubi, sejarawan Islam asal mesir mengatakan bahwa orang yang pertama kali mengadakan perayaan maulid berupa ceremonial adalah Dinasti Fatimiyah yang berkembang di Afrika Utara khususnya Mesir, Ia dalam kitabnya mengatakan:

لَقَدْ دَلَّنِي البَحْثُ عَلَى أَنَّ الْفَاطِمِيِّيْنَ هُمْ أَوَّلُ مَنْ اِبْتَدَعَ فِكْرَةَ الْاِحْتِفَالِ بِذِكْرَى الْمَوْلِدِ النَّبَوِي

“Sungguh aku telah mendapatkan petunjuk dari pembahasan(sebelumnya) bahwa Dinasti Fatimiyah merupakan kelompok pertama yang merealisasikan gagasan perayaan untuk mengingat kelahiran Nabi Muhammad.” (Hasan al-Sandubi, Tarikh al-Ihtifal Bi al-Maulid al-Nabi (Kairo: Matba’ah al-Istiqamah, 1980), 1, 60-65).

          Berhubung Dinasti Fatimiyah berakidah Syi’ah, mereka suka mengadakan peringatan bahkan menjadikan peringatan tersebut sebagai perayaan, sehingga tidak hanya maulid nabi yang dirayakan, namun maulidnya sayyidina Ali, sayyidah Fatimah, Hasan, Husain dan peringatan-peringatan lainnya. Dan ternyata perayaan tersebut terus berlanjut, ketika Dinasti Fatimiyah ditaklukkan oleh kerajaan Sunni khususnya kesultanan Ayyubiyah yang dikomandoi oleh Salahuddin al-Ayyubi.

            Di sisi lain tidak hanya terus berlanjut, ketika masih di era Dinasti Fatimiyah perayaan tersebut malah bertambah meriah, hanya saja ketika ditaklukkan oleh Kesultanan Ayyubiyah terdapat sedikit perubahan-perubahan khususnya yang tidak sesuai dengan syariat Islam menurut kalangan Sunni. Intinya, kegiatan tersebut terus dilestarikan oleh kalangan Sunni memandang banyak sekali kebaikanyang ada di dalamnya.

            Alhasil, dari keteranagan-keterangan di atas, dapat diketahui terdapat perbedaan pendapat dikalangan internal ulama’ terkait sejarah awal munculnya peringatan maulid nabi yang berbentuk ceremonial. Ada yang mengatakan raja Mudaffar dan ada yang mengatakan dari dinasti Fatimiyah, atau mungkin ada pendapat-pendapat lain yang masih belum dicantumkan oleh penulis.

            Terlepas dari itu semua, intinya perayaan maulid adalah sebuah perayaan yang terdapat banyak sekali kebaikan di dalamnya, terlepas siapa yang pertama kali membuatnya. Mengenai sejarahnya adalah sebuah tambahan wawasan pada kita supaya tahu peradaban dan kebudayaan Islam pada masa kerajaan-kerajaan dulu dan bagaimana peradaban tersebut mengagungkan nabi besar junjungan kita.

Hizami

asal dari Gresik. Mahasantri Mahad Aly Al-Fithrah Surabaya semester 4