KONSEP MANUSIA DALAM PANDANGAN TASAWUF SEYYED HOSSEIN NASR
Ditulis oleh Hizami (Mahad Aly Semester 3)

Manusia merupakan makhluk yang paling unik di antara makhluk yang lain, saking menariknya telah menjadi bahan kajian dari zaman Yunani Klasik sampai pada zaman sekarang. Bahkan sampai sekarang masih belum ada keputusan final terkait hakikat manusia, karena selalu ada hal yang berkembang dalam diri manusia, dalam artian kajian mengenai hakikat manusia terus berkembang dari waktu ke waktu, dan masih terbuka bagi orang yang ingin mengkajinya.
Salah satu tokoh yang mengkaji hakikat manusia adalah Seyyed Hossein Nasr. Ia adalah seorang filsuf di abad ke-20 yang sangat terkenal karena pemikiran-pemikiran yang tertuang dalam karya-karyanya. Banyak sekali gagasan-gagasannya yang sangat terkenal dalam dunia modern, dimana salah satunya adalah gagasannya terkait manusia.
Menurut Nasr, di balik kemajuan peradaban manusia pada zaman modern ini, ternyata berdampak destruktif(merusak) pada manusia itu sendiri atau bahkan alam yang merupakan tempat manusia itu sendiri, sehingga kemajuan yang didamba-dambakan oleh manusia ternyata malah memberikan dampak negatif pada manusia itu sendiri. Akan tetapi, menurut Seyyed Hossein Nasr, masalahnya bukan pada kemajuannya, melainkan pada manusianya itu sendiri. Menurutnya manusia pada zaman sekarang sedang mengalami degradasi. Hal itu dikarenakan manusia pada zaman sekarang mereduksi kemampuan yang ada dalam dirinya hanya pada akal atau panca indera saja, manusia pada zaman sekarang tidak memperhatikan aspek-aspek lain dalam dirinya, padahal manusia itu hakikatnya kaya akan kemampuan dan aspek-aspek yang ada dalam dirinya, seperti ada nurani, ada imajinasi, ada intuisi dan lainnya. Akan tetapi, semua dari itu disia-siakan dan hanya terpaku pada akal dan panca indera saja, sehingga selain dari itu, dianggap sebagai aspek yang tidak penting.
Menurut Nasr, aspek yang terlampau jauh ditinggalkan manusia modern adalah spiritualiasnya. Hal itu mungkin disebabkan manusia terlalu terfokus pada aspek eksoterisnya sehingga meninggalkan aspek esoteris atau spiritualitasnya, manusia terlalu fokus mengembangkan sains dan teknologinya sehingga lupa pada jiwanya yang kering. Sehingga tidak heran walaupun peradaban sains dan teknologinya maju, tapi malah berdampak destruktif pada manusia atau alam yang ditempati oleh manusia, dampak tersebut sangat mudah dijumpai, antara lain lingkungan atau ekologi yang semakin rusak disebabkan majunya sains dan teknologi dari peradaban manusia. Seharusnya kemajuan dari sains dan teknologi menunjang kemajuan dari manusia itu sendiri bukan malah menghancurkannya.
Oleh karena itu, Nasr menekankan manusia modern supaya kembali pada kemajuan spiritualnya, yaitu dengan kembali mengkaji khazanah-khazanah yang ada pada tasawuf. Karena objek kajian tasawuf adalah mengenai dimensi esoteris dari manusia yang sangat identik dengan spiritualitas, sehingga dengan tasawwuf seseorang bisa mengetahui hakikat jati dirinya, yaitu hanya sebatas makhluk (yang diciptakan) dan tujuannya diciptakan ke dunia adalah untuk beribadah kepada Tuhannya sebagaimana ayat
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”Q.S. Adz Dzariat(51): 56.
Dan selain itu manusia juga diberikan tugas sebagai Khalifah atau pemimpin di bumi sebagaimana ayat
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَٰئِكَةِ إِنِّى جَاعِلٌ فِى ٱلْأَرْضِ خَلِيفَةً
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”
Sehingga konsekuensi dari paradigma ini akan menjadikan orang sadar bahwa dirinya adalah makhluk yang disuruh menjaga dan memakmurkan bumi, bukan malah merusaknya dengan pengetahuan dan kemajuan-kemajuan yang dicapainya, karena itu berdampak buruk juga bagi kehidupan manusia itu sendiri.
Sehingga, Menurut Nasr ketika aspek spiritual dari manusia tersebut terpenuhi, maka tidak akan ada lagi sains dan teknologi yang mendestruksi manusia atau alam, karena aspek spiritualitias tersebut yang akan mengontrol dan mengendalikan sains dan teknologi. Dan gagasan ini terejawantahkan dalam metafisika klasik yang berkembang di dunia timur khususnya filsafat islam klasik, makanya Nasr mengajak dan memperkenalkan kembali khazanah-khazanah timur yang dikenal dengan filsafat tradisionalismenya, karena tradisi-tradisi pemikiran di dunia timur menciptakan kebijaksanaan dan kearifan.
Dari keterangan di atas, dapat dianalisis bahwa kemajuan dalam bidang eksoterisnya terutama dalam bidang sains dan teknologi menimbulkan kerusakan atau destruksi pada alam yang ditempati oleh manusia sehingga akhirnya berdampak negatif pada manusia itu sendiri. Hal itu dikarenakan manusia mereduksi kemampuan dan perangkat yang ada dalam dirinya, yakni hanya pada akal dan panca inderanya, sehingga meninggalkan aspek spiritual yang ada dalam dirinya, dimana nanti akhirnya menjadikan manusia itu kering dan tidak terkontrol, sehingga sangat berpotensi untuk menghancurkan alam yang merupakan habitat dari manusia itu sendiri. Padahal dengan spiritual seseorang bisa mengetahui siapa jati dirinya dan hakikat dirinya, yang nantinya bisa mengendalikan kemajuan yang ditimbulkan oleh manusia itu sendiri. Oleh karena itu, Nasr memperkenalkan filsafat tradisionalismenya dan mengajak untuk mengkaji khazanah-khazanah yang ada di dunia timur terutama tasawuf, karena dalam tasawuf mengedepankan spiritualitas, yang akhirnya menciptakan kearifan dan kebijaksanaan.