Berdoa Pasti Terkabul (?)

Ditulis Oleh: Muhammad Fathullah Cholil

Sumber Gambar: https://banggai.pikiran-rakyat.com/edukasi/pr-1992541749/tak-banyak-yang-tahu-doa-ini-mudah-dikabulkan-oleh-allah-swt-ini-penjelasannya

Jika seseorang beranggapan bahwa do’a adalah permintaan yang harus dikabulkan oleh Allah SWT. Maka anggapan semacam ini sangat jauh sekali dari kebenaran. Karena Allah SWT berbuat sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya.

            Allah SWT, berfirman:

وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ مَا كَانَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ سُبْحَانَ اللَّهِ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ

“Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia)”. [QS. Al-Qoshosh: 68].

            Faedah berdo’a adalah untuk menunjukan, mengakui dan membuktikan bahwa dirinya adalah sangat butuh di hadapan Allah SWT.

            Tujuan berdo’a adalah hanyalah berbakti, berkhidmah dan menghambakan kehadirat Allah SWT, bukan menuntut bagian tuntutan apa saja kehadirat Allah SWT. Dengan sebab berdo’a akan mendapat pahala dan ridho Allah SWT, meskipun tidak dikabulkan oleh Allah SWT.

            Hal yang demikian itu adalah sudut pandang orang yang beriman dan orang yang tidak tahu apa yang menjadi baiknya dan apa yang menjadikan amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT atau tidak. Dan orang yang semacam ini jawabannya adalah pasrah.

            Dalam masalah ini Sayyiduna Abdullah bin Mas’ud ra, berkata:

والله الذي لا إله إلا غيره  لا يحسن أحد الظن باالله إلا أعطاه الله ظنه, وذلك لأن الخير بيد الله

“Demi Allah tidak ada Tuhan selain Dia. Tidak ada seorang pun yang berprasangka baik kepada Allah kecuali ia akan diberi sesuatu sesuai dengan prasangka baiknya. Hal ini karena segala kebaikan ada di kekuasaan Allah SWT”.

            Oleh karena itu, kita tidak boleh kecil hati, sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad dalam kitab Musnad dari Sayyidina Sa’id Al Hudri ra. Rosulullah SAW, bersabda:

ما من مسلم يدعو بدعوة ليس فيها إثمٌ ولا قطيعةُ رحم إلا أعطاه اللهُ بها إحدى ثلاث : إمّا أن يُعَجّل له دعوته وإما أن يدّخر له ثوابها, وإما أن يصرف عنه من السوء بمثلها, قالو: إذا نكثر قال: الله أكثر

“Tiada seorang muslim yang berdo’a dengan do’a yang di dalamnya tidak ada dosa atau memutus hubungan, kecuali Allah akan memberinya salah satu dari tiga: adakalanya segera diberikan di dunia, adakalanya disimpan pahalanya kelak di akhirat, dan adakalanya ditolaknya malapetaka darinya”. Lalu para shohabat berkata: “kalau demikian, maka kami akan memperbanyak do’a”. Rosulullah SAW bersabda: “Allah Maha Membalas dengan balasan yang banyak”.

            Penjelasan Hadits:

            Pertama: Pikiran seseorang tidak boleh mudah larut dan ikut karena dido’akan jelek oleh orang lain, karena syarat pokok dikabulkan do’a adalah tidak mengandung dosa dan tidak memutus hubungan, baik hubungan famili, keluarga, lingkungan atau masyarakat.

            Dalam masalah ini Sayyiduna Wa Syaikhuna Kholil Bangkalan ra, berkata:

عين الغضب لا تعتبر

“Amarah seseorang yang dikuasai, didominasi atau didorong oleh sifat basyariyah (Kemanusiaan) itu tidak berpengaruh (Jawa: gak malati)”.

            Kedua: Seseorang hendaknya kokoh di dalam berpegang teguh pada kebenaran, karena orang yang demikian itu disertai pertolongan dan perlindungan Allah SWT, akan tetapi harus disertai dengan akhlak yang mulia.

            Ketiga: Bentuk terkabulkannya do’a ada tiga macam:

  1. Diberi segera di dunia
  2. Disimpan kelak di akhirat
  3. Dihindarkan dari bahaya atau malapetaka yang seharusnya terjadi saat ini. Artinya, permintaannya tidak dipenuhi tetapi diberi selamat dan perlindungan.

            Keempat: seseorang tidak mengetahui apa yang menjadi baik baginya. Oleh karena itu, yang paling baik adalah minta perlindungan, baik berhasil atau tidak berhasil di dalam berdo’a.

            Walhasil, Berdoa adalah pekerjaan yang amat mulia bagi seorang hamba. Terkait terkabul nggak nya suatu doa merupakan hak preogratif Tuhan. Sebab tuhan mengerti apa yang terbaik bagi hambanya.

Muhammad Fathullah Cholil

Asal dari Gresik. Mahasantri Mahad Aly Al-Fithrah Surabaya semester 5

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *