Jari-Jari (Tangan) Yang Berdosa

Ditulis Oleh: Putri Kusbandriyah*

Sumber Gambar: Freeapik.com

Dalam kehidupan bermasyarakat, hal yang sering kita lakukan pada setiap harinya adalah melakukan komunikasi satu sama yang lainnya. Dengan zaman yang semakin canggih ini dan era yang semakin modern, tentunya teknologi yang menjadi sahabat kita dalam kehidupan sehari-hari. Semua aktivitas tidak akan lepas dari genggaman media sosial dan koneksi internet. Namun tahukah anda jika dalam bermedia sosial kita juga bisa menabung dosa?.

Tidak hanya mulut saja yang bisa menimbulkan fitnah. Dari jari kita sendiri jika tidak menggunakan sosia l media dengan benar, maka disitulah terjadi adanya dosa. Dijelaskan  Q.S. Al Hujurat ayat 12:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka buruk (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka buruk itu dosa. Dan janganlah sebagian kalian mencari-cari keburukan orang dan menggunjing satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”

Pada ayat ini, Allah melarang kita berprasangka buruk. Atau yang sering didengar dengan kata “Suudzon”. Tidak hanya itu, Allah juga melarang kita untuk mencari keburukan bahkan sampai menggunjing sesama manusia. Mungkin sulit dihindari untuk tidak melakukan ghibah. Tapi, jika semua hal yang dilakukan ujung-ujungnya adalah ghibah, maka sama saja berakibat dosa. Tidak hanya dari satu mulut ke mulut, namun bisa juga dari jari ke jari, seagaimana aktifitas kita dalam bermedia sosial.

Perlu kita ketahui, bahwa menceritakan atau mencari kesalahan dari orang lain melalui chatting WhatsApp, DM Instagram, ataupun bentuk pengiriman pesan yang lain melalui media sosial, sudah termasuk dalam perbuatan yang dibenci Allah dan tentunya pasti berdosa. Dalam praktek seperti apapun itu, baik melalui ketikan jari kita, atau langsung keluar dari bahasa kita, apapun yang berhubungan dengan hal disebutkan tadi, itu sangat dilarang.

Nabi Muhammad SAW. bersabda: “Ketika aku dibawa naik ke langit (mi’raj), aku melewati suatu kaum yang memiliki kuku dari tembaga”.

Begitu mengerikan ancaman bahayanya berghibah. Kenapa sih ghibah itu dilarang agama? Karena dalam melakukan ghibah, menjelekkan orang lain, kita akan mendapatkan putusnya silaturrahmi. Aib dari seseorang pun tersebar. Allah sendiri menutup aib kita rapat-rapat, sedang kenapa kita dengan senangnya membuka aib orang lain?.

Jangan pernah mengandalkan sebuah kalimat “Saya tidak ghibah tetapi saya hanya mereview sikap dari teman Saya kepada orang lain”. Mereview atau menceritakan suatu keburukan orang lain, itu semua “mau diganti bagaimanapun istilahnya”, tetap saja pada akhirnya dinamakan “ghibah dan dilarang oleh Allah”.

Tidak hanya disebabkan karena ghibah saja, ataupun mengomentari dan mengganggu kehidupan bersosial media orang lain yang menyebabkan dosa. Namun juga banyak contoh suatu dosa jariyah yang dilakukan dari jari kita sendiri. Salah satunya ialah memperlihatkan aurat kita di media sosial. Membuat konten yang mengandung unsur kebencian atau menyudutkan orang baik. Atau yang marak terjadi pada saat seperti ini adalah menyebarkan berita hoax.

Banyak yang menggunakan media sosial hanya untuk memamerkan apa yang kita punya. Sengaja membuat orang lain iri kepada kita. Tidak sedikit dari kaum wanita yang memilih memperlihatkan indah lengkuk tubuhnya hanya untuk mencari followers dan disukai oleh banyak orang di luar sana.

Namun tahukah Anda? Satu orang yang melihat lengkuk tubuh kita, sama dengan ada kiriman dosa untuk kita. Allah berfirman pada Q.S. An-Nur ayat 31:

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاءِ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.”

Ayat ini jelas menegaskan hendaklah kita menjaga aurat kita kecuali kepada seseorang yang sudah menjadi mahram kita. Apakah dalam media sosial hanya terdapat keluarga kita saja? Tidak! Dalam media sosial, ada orang yang tidak dikenal dan tentunya belum pernah mengetahui kita siapa sebelumnya, pun dapat melihat kita di media sosial. Apakah Anda mau memperlihatkan tubuh Anda kepada orang yang belum Anda kenal?.

Gunakan media sosial dan jaga jarimu untuk hal yang baik. Jangan sampai kita terjebak pada kemewahan dunia namun kemiskinan pada akhirat. Menggunakan media sosial sebijak-bijaknya. Bukan untuk mengumbar kebencian atau pamer kepemilikan. Karena setiap sesuatu yang seperti apapun kita di dunia, akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.

Jangan mengorbankan jari Anda untuk hal yang bisa menjerumuskan Anda ke hal yang lebih buruk. Berpikir dahulu sebelum melakukan, jangan melakukan lalu berpikir. Sebab bagaimana baik buruknya kita dalam menggunakan media sosial, itu tergantung bagaimana jari kita menyebarkan suatu hal dalam media sosial tersebut.

*Pelajar dari UIN Sunan Ampel. Asal Kab. Sidoarjo. Lahir pada 09 Juni 2003. Instagram: @putrikusbandriyah.

HIKAM.ID

Komunitas HIKAM. Sekolompok mahasantri pesantren Al Fithrah Surabaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *