Tasawuf di Tengah Modernisasi
Ditulis Oleh: Rayhan Iqbalul Hanif*

Tasawuf merupakan suatu ilmu yang memiliki peran membimbing manusia agar tidak tersesat dari fitrahnya. Dalam makna lain tasawuf juga dianggap sebagai bentuk pengalaman spiritualitas seseorang yang lebih mengutamakan batin daripada akal.
Ciri ajaran tasawuf yaitu tentang kerendahan hati, kehidupan sederhana, dan menjauhi sesuatu hal yang bersifat duniawi. Karena ciri tersebut, tasawuf dianggap tidak cocok diterapkan pada gaya hidup masyarakat modern karena kesannya yang tradisional dan tidak sesuai dengan gaya hidup masyarakat modern yang cenderung rasional dan mementingkan ilmu pengetahuan.
Kita tahu, zaman modern adalah zaman yang identik dengan segala yang serba cepat dan praktis. Di zaman ini, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat ditambah lagi adanya internet yang memudahkan untuk menerima maupun mengirim informasi.
Tidak hanya itu, di samping globalisasi memberikan efek positif, ada juga pengaruh negatifnya bagi masyarakat modern. Seperti bergaya hidup hedon,materialis dan invidual. Jika ditarik garis besar, masyarakat modern memiliki kemerosotan dalam ranah spiritualitas dan moral.
Tilikan pertama di sini adalah spiritual. Kenapa spiritual masyarakat modern bisa mengalami kemerosotan? Hal itu ada kaitannya dengan masyarakat modern yang tidak lepas dari Gaya hidup materialis dan individualis. Masyarakat beramai-ramai mencari harta tanpa memperhatikan hak-hak orang lain, memakai segala cara untuk mendapatkan harta/materi.
Mereka yang mendapat hartanya secara fisik merasa puas tapi secara batin ataupun spiritual terasa hampa dan kosong. Karena terlalu fokus dalam mencari harta duniawi, saat mereka mulai merasakan jenuh dan stres dengan pekerjaanya kemudian tidak tahu harus mencari solusi ke mana. Ini disebabkan sifat individualis mereka dan akhirnya lebih memilih “mengakhiri hidupnya atau memakai narkoba”.
Hal itu karena kehidupannya yang sudah sangat jauh dari nilai-nilai spiritualitas ketuhanan. Hal-hal tersebut bisa sedikit menjelaskan bahwa manusia modern sedang mengalami krisis spiritual.
Hal yang kedua berhubungan dengan keadaan moral. Lihat muatan media sekarang yang banyak berisikan konten-konten tidak mendidik dan pornografi. Contohnya, sinetron percintaan anak muda dan trend goyang di aplikasi Tik Tok yang tidak seharusnya memperlihatkan bagian tubuh sensitif.
Selain gaya hidup materialis, gaya hidup hedon juga menyelimuti masyarakat modern. Contohnya, membeli barang yang kurang bermanfaat dan hanya sekedar untuk mengikuti trend, demi kebutuhan gengsi. Lebih parahnya lagi, ialah korupsi dan penggelapan dana.
Baru-baru ini juga muncul sebuah kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh seoarang oknum anggota polisi yang mengakibatkan korban hamil lalu dipaksa untuk mengaborsi kandungannya. Setelah itu, diikuti lagi kasus aksi pemerkosaan oleh seorang guru agama kepada 12 santriwati di Bandung hingga melahirkan.
Mengaborsi anak dalam kandungan adalah hal yang sangat biadab sangat tidak manusiawi begitupula seorang guru di madrasah yang seharusnya mengajarkan nilai-nilai kebaikan islami tetapi malah melakukan perbuatan makhluk tidak berakal. Sungguh sangat tidak memiliki hati nurani. Contoh ini sudah bisa menggambarkan bahwa manusia modern semakin mengalami krisis moral dan kehilangan jati dirinya serta arah tujuan hidup sebagai khalifah di bumi.
Lalu, pertanyaannya; bisakah tasawuf berperan mengatasi krisis spiritual dan moral yang sedang terjadi di masyarakat modern ini? Memasuki zaman modern tasawuf seakan- akan dianggap tidak cocok bagi kehidupan masyarakat modern yang cenderung berpikiran rasional dan mementingkan ilmu pengetahuan.
Mereka menganggap bahwa tasawuf hanya untuk orang-orang pasrah terhadap takdir dan tidak mau berusaha, dan bisa menyebabkan kemunduran peradaban. Itu adalah anggapan yang salah. Inti dari ajaran tasawuf adalah membersihkan dan penyucian hati. Tasawuf menjadi penting bagi masyarakat modern karena bisa digunakan sebagai pengendali manusia agar nilai fitrahnya tidak tergerus oleh modernisasi yang lebih mengarah kepada penyimpangan nilai-nilai kehidupan.
Dengan itu, tasawuf bisa mengawal terbentuknya keunggulan akhlak. Lalu mengenai sifat zuhud dan wara’ yang sering dikaitkan dengan menjauhi dunia, pengertiannya sekarang sudah jauh berbeda. Makna yang masyarakat modern pahami dari konsep tersebut adalah benar-benar menjauh dari sifat duniawi sedangkan makna aslinya adalah lebih kepada menghilangkan keterlaluan cintanya kepada dunia. Boleh memiliki harta banyak tapi semua itu dianggap hanya titipan dari Allah dan tidak boleh sama sekali memasukkannya dalam hati.
Sebagaimana dijelaskan pada QS. al-Hadid ayat 23 yang berbunyi;
لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
“(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
Maka dari itu tasawuf tetap mengadakan syariat sebagai adanya dunia serta thariqat sebagai penempuhan agar mendapat hakikat ma’rifat.
Ajaran tasawuf bukanlah ajaran yang anti kemodernan. Said Aqil Siraj mengungkapkan, bahwa ajaran tasawuf dalam Islam sangat relevan dengan kondisi modern saat ini. Menurutnya, pengajaran spiritual merupakan proses sosialisasi dan penyisipan kebudayaan dalam masyarakat. Tasawuf sebenarnya bukan penyikapan yang tidak peduli terhadap kenyataan sosial.
Sebaliknya,justru tasawuf berperan penting dalam mewujudkan sebuah perubahan moral-spiritual dalam masyarakat. Oleh karena itu tasawuf masih sangat penting keberadaanya untuk diaktualisasikan guna mencegah krisis spiritual dan ahlak serta membimbing manusia untuk lebih dekat kepada Tuhannya di kehidupan modern.
*Santri Pondok Pesantren Al-Jihad Surabaya, asal dari Kediri-Badas.