‘Menyantrikan Literasi dan Meliterasikan Santri’

Ditulis Oleh: Muhammad Zakki

“IBIDISM (Inspiration Base Initiator and Developers Institution for Santri of Ma’had Aly) sendiri adalah Komunitas Literasi Mahasantri se-Indonesia yang terbentuk dari para Mahasantri yang terlibat dalam Penguatan Karya Tulis Ilmiah Mahasantri yang diselenggarakan Puslitbang Kemenag RI di Yogyakarta tahun lalu” kata M. Fadhil Waka Presiden BEM Ma’had Aly Saidussiddiqiyah Jakarta selaku moderator dalam Talkshow Spesial 1st Anniversary Ibidism yang terselenggara via zoom meeting pada Ahad, 7 November 2021.

Dibuka dengan bacaan surat Al-Fatihah pada pukul 10.00 WIB, agenda silaturrahmi virtual ini diawali dengan Sambutan mewakili panitia penyelenggara. M. Fajrul Falah Fasih selaku panitia mengungkapkan pentingnya literasi. “Literasi ini menjadi syarat diakuinya sebuah akademik” ungkap Mahasantri Pascasarjana Ma’had Aly Lirboyo.

Berkenan memberikan sambutan kedua adalah KH. Nur Hannan, Lc, M.H.I. Mudir Ma’had Aly Tebuireng yang juga menjabat Ketua Asosiasi Ma’had Aly Indonesia (AMALI) ini sangat mengapresiasi kegiatan literasi semacam ini. Penggiatan literasi sudah menjadi tradisi di negara-negara maju, seperti Eropa, Amerika dan sebagian negara Asia.

Sambutan selanjutnya mewakili Puslitbang Kementerian Agama Republik Indonesia yang disampaikan oleh Husen Hasan Basri, M.Si. membenarkan apa yang disampaikan oleh Kyai Hannan, Pak Husen memberikan data-data pasti bahwa Kemenag melaui Puslitbang juga telah banyak memadahi para santri untuk terjun di dunia literasi. Baik Kyai Hannan maupun Pak Husen sendiri keduanya dalam perjalanan untuk tujuan yang sama, meski berada di tempat yang berbeda.

Keduanya dijadwalkan harus sudah datang di Surabaya keesokan harinya. Keduanya juga akan sama-sama menghadiri Workshop Pemanfaatan Teknologi Informasi Bagi Santri dalam Membangun Daya Saing Global, dengan tema ‘Penguatan Literasi Digital di Ma’had Aly’, yang diselenggarakan Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Agama dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI di Surabaya, 8 dan 9 November 2021.

Pada hari yang sama, Surabaya juga sedang memiliki hajat yang mirip dan bersamaan. Assosiasi Pendidikan Diniyah Formal (ASPENDIF) menyelenggarakan kegiatan Penguatan Pemahaman Moderasi Beragama Melalui Literasi Kitab Kuning. Agenda ini dihadiri oleh para Asatidz lembaga PDF seluruh Indonesia. Kegiatanyang dilaksanakan dua hari, 8 dan 9 November 2021 ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya, tepatnya di gedung STAI Al Fithrah Surabaya.

Sebelum memasuki materi talkshow yang disampaikan oleh dua dosen muda yang energik dan penuh semangat ini, disampaikan pula para juara dalam lomba essai yang diselenggarakan oleh Ibidism beberapa pekan sebelumnya. Dalam hal ini Dimas Setiawan mengumumkan bahwa juara satu diraih oleh Zidan Syahrul Akbar dari Ma’had Aly Al-Fithrah Surabaya.

Pemateri inti disampaikan oleh Ust. Atunk F Karyadi Dosen Ma’had Aly Ashidiqiyah Jakarta. Penulis Novel ‘Misteri Gadis Kaligrafi’ ini mengungkapkan adanya keterjomplangan antara teknologi dengan sumber daya manusia. Ada smartphone, sementara manusia tidak smart dalam menggunakannya. Maka beliau merumuskan ‘IQRA’’ untuk menjawab pertanyaan ‘How to became a smart santri?’.

IQRA’ mewakili I sebagai Ide. Dengan kenyataan bahwa ide datang tanpa pernah diduga, maka menjadi kelaziman bagi para santri untuk senantiasa mempersiapkan pena di sakunya. Q sebagai Qira’ah, membaca teks dan konteks dari berbagai metode. R sebagai Reaktualisasi, mampu beradaptasi dan menciptakan hal baru. A sebagai Allah-kan, niatkan untuk lillahi ta’ala, dan terakhir ‘ mewakili sesuatu yang tak terdefinisikan, Jika sudah menyertai Allah dalam diri,usaha, dan karya, maka kita semakin sadar bahwa semua untuk saling berbagai.

Beliau mengaku pernah sempat salah dalam niatnya menulis. Sehingga suatu saat beliau memperoleh pecerahan dari apa yang pernah disampaikan oleh KH. Sholahudin Wahid. Gus Sholah ini pernah dawuh bahwa kegiatan menulis adalah dalam rangka mensyukuri nikmat tangan sehat, mensyukuri kesehatan akal, dan ibadah menyampaikan ilmu kepada yang lainnya.

Materi kedua disampaikan Ust. Vawrak Tsabat. Gus asal Pesantren Besuk Pasuruan putra KH. Abdullah Zaini ini termasuk tokoh muda yang aktif dalam Bahtsul Masail. Materi yang dikajinya sering kali berkaitan dengan kebangsaan dan kemanusiaan. Alumnus Madrasah Hidayatul Mubtadiin Pondok Pesantren Lirboyo ini sekarang berkhidmat sebagai Dosen Ma’had Aly Lirboyo. Di antara buku karyanya adalah buku Trilogi Musik ini termasuk.

Menulis adalah bagian dari dakwah. Meliterasikan santri adalah sama dengan ber-amar makruf dan nahi munkar. Santri memiliki kelebihan dalam hal sanad atau ketersambungan dan legalitas keilmuan yang jelas, di samping memegangi tradisi khas pesantren yang baik. Dengan menulis, kita sedang melaksanakan dawuh Rasulullah Saw. ‘ballighu ‘anni walau ayatan’, sampaikan dari saya (Rasulullah Saw.), meskipun hanya satu ayat.

Tradisi menulis ini lebih umumnya, ataupun kegiatan Talkshow Kepenulisan dalam Rangka Milad Pertama IBIDISM , Penguatan Pemahaman Moderasi Beragama Melalui Literasi Kitab Kuning yang diselenggarkan oleh ASPENDIF, maupun Workshop Pemanfaatan Teknologi Informasi Bagi Santri dalam Membangun Daya Saing Global yang diselenggarakan oleh Puslitbang Kemenag RI adalah upaya dalam  ‘Menyantrikan Literasi dan Meliterasikan Santri’, atau lebih tepatnya ‘Melestarikan Tradisi Salaf yang baik, dan Mengaplikasikan Budaya Modern yang lebih baik’.

Muhammad Zakki

Penulis dan mahasantri Ma'had Aly Al Fithrah, berasal dari kabupaten Pemalang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *