Qashidah Burdah Dipercaya Sebagai Penangkal Bahaya, Ini Kronologinya #3
Ditulis Oleh: Ainul Yaqin

Terkait sejarahnya, wadhifah Burdah di PP. Assalafi Al-Fithrah sendiri merupakan cerminan dari PP. Raudhotul Muta’allimin, Jatipurwo, Surabaya. Adanya wadhifah Burdah di PP. Raudhotul Muta’allimin bermula dari mara bahaya yang ada pada saat itu, yaitu banyaknya oknum-oknum yang ingin menumpas para ulama’ pada masa itu.
Kemudian salah satu keluarga dari kyai Utsman menawarkan untuk memberikan pelatihan bela diri dan juga ingin memberikan hizb-hizb (bacaan untuk melindungi diri) yang tujuannya agar para santri dapat melindungi dan membentengi diri sendiri dan juga pondok tempatnya tinggalnya.
Akan tetapi kyai Utsman tidak menyetujui penawaran tersebut dan memberikan solusi atau cara lain, yaitu dengan membaca Burdah secara bersama-sama setelah maghrib kecuali malam Jum’at. Dari sinilah Burdah menjadi kegiatan rutin santri PP. Raudhotul Muta’allimin Jatipurwo Surabaya.
Pondok pesantren Assalafi Al-Fithrah pun yang didirikan oleh KH. Achmad Asrori al-Ishaqi, putra dari kyai Utsman juga merutinkan pembacaan Burdah di setiap malam setelah maghrib selain malam Jum’at dan malam Minggu.
Berjalan dengan seiringnya waktu, PP. Assalafi Al Fithrah mengalami perkembangan yang begitu pesat. Namun di balik itu pula masalahnya pun juga ada. Sekitar tahun 1999, masa di mana ada serangan manusia dengan kekuatan di atas rata-rata (baca; ninja) yang lagi gencar-gencarnya dan tidak mustahil bahwa pondok pesantren menjadi sasarannya.
Akibat kekhawatiran akan hal tersebut akhirnya pendiri PP. Assalafi Al Fithrah memerintahkan para santri untuk melakukan Burdah keliling dengan dipimpin para asatidz sepuh pada waktu itu secara bergantian. Tujuannya untuk membentengi (jawa: mageri, pager ghoib) pondok maupun santri baik lahir maupun batin.
Bahkan ritual Burdah keliling di PP. Assalafi Al Fithrah juga dilaksanakan setelah wafat pendirinya. Sebab ada hal-hal kurang wajar yang sering terjadi dan dialami oleh para santri. Banyak dari para santri yang mengalami kerasukan. Akhirnya Asatidz sepuh pondok menghimbau agar para santri yang lebih tua (jawa: santri lawas) untuk melaksanakan ritual Burdah keliling secara bergantian.
Bahkan pada masa maraknya virus Corona yang saat ini masih menyebar di berbagai tempat, PP. Assalafi Al-Fithrah termasuk salah satu pesantren yang pernah melakukan Burdah keliling di awal-awal pandemi. Dengan harapan mendapat barokah Burdah yang dibaca bersama-sama dan berkeliling, agar terhindar dari mara bahaya dan penyakit.
Menurut pengakuan bapak Nawawi salah satu alumni pondok Jatipurwo, mengungkapkan banyak sekali khasiat Burdah keliling. Diantaranya adalah:
Pada tahun 1970-an, ia dimintai tolong teman-teman alumni jatipurwo yang bermukim di Sawah Pulo. Mereka merasakan keresahan sebab maraknya sabung ayam (kegiatan atau tempat pengaduan ayam jago, yang di dalamnya terdapat unsur perjudian bahkan perdukunan untuk memenangkannya) di daerahnya. Melihat mayoritas masyarakat yang kebanyakan orang Madura, teman bapak Nawawi berkeluh kesah kepadanya.
Sehingga, bapak Nawawi merekomendasikan untuk dilaksanakannya Burdah keliling. Alhamdulillah setelah 41 hari, sedikit demi sedikit kegiatan sabung ayam mulai hilang secara perlahan. Untuk orang-orang yang masih nakal (melakukan sabung ayam) terkena dampak tersendiri.
Di daerah Malang terdapat tempat lokalisasi. Salah satu imam khususi yang termasuk guru bapak Nawawi yang bercerita kepadanya. Sudah barang tentu tempat tersebut merupakan tempat kemunkaran. Hendak dibubarkan, bodyguard yang menjaganya sangatlah kuat-kuat.
Akhirnya bapak Nawawi merekomendasikan untuk Burdah keliling. Setelah dilaksanakannya Burdah keliling dalam beberapa kali, kegiatan yang termasuk munkarot tersebut perlahan mulai hilang. Bahkan sekarang tempat tersebut sudah tidak digunakan kembali.
Salah satu teman bapak Nawawi saat di pondok, sempat sering kejadiaan kehilangan di rumahnya. Sehingga saat direkomendasikan untuk Burdah keliling dan dilakukan. Akhirnya, kehilangan tersebut sampai sekarang sudah tidak ada
Masih menurut pengakuan bapak Nawawi, dengan dilakukannya Burdah keliling, seseorang tidak perlu mempekerjakan satpam. Karena khasiat dari Burdah keliling sangatlah besar. “Terdapat lafadh hasbunalloh wa ni’mal wakil, pada saat lafadh tersebut dibacakan insyaAllah ada mala’ikat turun untuk menjadi penjaga” ungkap bapak Nawawi.
Akan tetapi, bapak Nawawi menyarankan pada pelaksanannya tidak didasarkan untuk ingin dijaga ataupun yang lain. Akan tetapi, murni mengikuti lelampahan Ulama’ Salaf al-Sholih. Ibaratnya, seseorang apabila menanam padi, sudah pasti rumput tumbuh juga. Berbeda dengan seseorang yang menanam rumput, belum tentu padi akan tumbuh.
Lanjut nasehat dari bapak Nawawi, jika seseorang yang terdholimi, mendholimi balik bukanlah solusi terbaik. Hanya saja kita pasrahkan kepada Allah Ta’ala. lewat Rosulnya. Hal ini sebagaimana yang tertera dalam al-Qur’an:
وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ جَاءُوكَ فَاسْتَغْفَرُوا اللَّهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُوا اللَّهَ تَوَّابًا رَحِيمًا
“Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinyadatang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”
Pada ayat di atas, dijelaskan bahwa seseorang seharusnya menta’ati Rasulullah SAW. Karena ta’at kepada Rasulullah juga sama halnya dengan ta’at kepada AllahTa’ala. Sebaliknya pula, demikian.
Ayat ini pula menunjukkan bahwa seseorang yang beristighfar atau meminta ampunan kepada Allah Ta’ala melalui Rasul-Nya, maka Rasulullah meminta ampunan kepada-Nya untuknya. Dijamin hal tersebut menjadi syafa’at bagi seseorang yang meminta ampunan tersebut.
Demikian dikarenakan bahwa seseorang yang durhaka atau bermaksiat tidak hanya mendzalimi dirinya sendiri, namun juga mendurhakai apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah Saw. Sehingga sehendaknya ia meminta ampunan kepada Allah Ta’ala melalui Rasul-Nya. Ampunan Rasulullah itulah yang dapat menghubungkan dirinya kepada ampunan dari Allah Ta’ala.
Sumber/mengutip: Skripsi STAI Al Fithrah Terbitan 2020 karya Ainur Rofiq.