Wejangan KH Ahmad Asrori al-Ishaqi Agar Bisa Bertemu Rasulullah Saw Dalam Mimpi
Ditulis Oleh: Dicky Adi Setiawan

Sejarah telah mencatat bahwa ada sosok yang hidup pada 14 abad yang lalu lebih tepatnya sekitar 1441 tahun lalu yang begitu sibuk memikirkan banyak orang hingga lupa memikirnya dirinya sendiri. Bahkan hartanya hingga sampai jiwa raganya dikorbankan hanya untuk kepentingan umat. Ia adalah Rasulullah Saw yang pernah patah giginya, berdarah pelipisnya, berdarah kakinya saat berperang. Demikian ini tidak lain karena besarnya cinta Rasulullah Saw kepada umatnya.
Dalam sebuah riwayat juga terdapat keterangan bahwa suatu ketika Rasulullah pernah menyatakan rindu untuk berjumpa saudaranya. Mendengar hal tersebut disahut oleh Abu Bakar al-Sidiq: “Bukankah kami saudara-saudaramu”? tanya Abu Bakar kepada Rasulullah Saw. Rasul pun menjawab, engkau bukan saudaraku melainkan sahabatku. Kalian tahu siapa saudaraku? Mereka adalah orang-orang yang tidak pernah melihatku tapi beriman kepadaku.
Cuplikan riwayat tersebut memiliki arti yang sangat mendalam juga sekaligus memberikan informasi bahwa 14 abad yang lalu kita yang hidup di era kekinian sudah dipikirkan Rasulullah Saw, dirindukan Rasulullah Saw dan nasib kita diperjuangkan mati-matian oleh Rasulullah Saw di dunia sampai kelak di akhirat nanti.
Di sisi lain dalam al-muntakhobat karya KH Ahmad Asrori al-Ishaqi terdapat keterangan bahwa Syekh Abul Abbas al-Mursi pernah mengatakan “jikalau Rasulullah Saw hilang dan tertutupi dari pandanganku walau sekejap, maka aku bukanlah orang Islam”. Kalam ini, juga bisa ditemukan dikitab Tanbihu al-Mughtarrin, karya Syaikh Abdul Wahhab al-Sya’rani. Pernyataan tersebut memberikan informasi bahwa Rasulullah walaupun sudah meninggal perhatianya kepada umatnya tidaklah sirna begitu saja.
Dan sudah pasti apa yang di alami oleh Syaikh Abul Abbas al-Mursi bukanlah hal yang lumrah bagi kita (yang masih terlumuri banyak maksiat). Di situ, menyimpan pemahaman. Jangan-jangan, Abul Abbas al-Mursi selalu bersama Rasulullah Saw setiap hari (setiap detiknya). Jika dilogika-kan,mungkin ia pernah shalat berjamaah dengan Nabi Saw, bercakap-cakap atau semacamnya.
Bisa jadi keistimewaan ini diperolehnya, hanya karena rasa cinta dan rindunya kepada Rasulullah Saw. Cintanya yang agung membuat pandangan al-Mursi tersingkap, hingga diperlihatkan pada sosok kekasihnya, Rasulullah Saw. Padahal, jika kita melihat antara masa hidup al-Mursi dan masa hidup Rasulullah Saw sangatlah jauh, yakni antara 1281 M dengan 571 M.
Lalu, apakah semua ini hanyalah mitos belaka? tentu tidak! Karena Rasulullah Saw telah diberikan keistimewaan oleh Allah Ta’ala untuk dapat menjawab salam dari umatnya yang membacakan shalawat kepadanya. Maka wajar saja, hal ini merupakan cara-bagaimana Rasulullah menjawab salam umatnya, yaitu dengan menemui setiap yang membacakan shalawat kepadanya dengan sungguh-sungguh.
Sehubungan dengan hal ini dalam salah satu ceramah KH Ahmad Asrori al-Ishaqi pernah mengatakan: “Barang siapa yang shalat dua rakaat di malam Jum’at dan setiap rakaatnya, setelah membaca al-fatihah membaca surah ayat kursi 1 kali dan membaca surah al-Iklas 15 kali ( dilakukan pada tiap-tiap rekaat). kemudian setelah selesai shalat, duduk dengan tenang dan khusyu’ dilanjutkan membaca shalawat kepada Nabi Muhammad Saw sebanyak 1000 kali: Allahumma Shali ‘ala Sayyidina Muhammad al-Nabiyyil Ummiyi.
KH Ahmad Asrori al-Ishaqi melanjutkan lagi bahwa siapapun yang melakukan tuntunan yang disorot di atas niscaya akan berjumpa dengan Rasulullah sebelum hari Jum’at depan tiba. Artinya, jika kita mengamalkan tuntunan yang diwasiatkan oleh KH Ahmad Asrari In Sya Allah akan tidak genap seminggu sudah dijumpai oleh Rasulullah Saw dalam mimpi.
Dalam kitab Khazinatul Asrar karya Sayyid Muhammad Haqq al-Nazili cet 1 terbitan Beirut: Libanon, halaman 195 telah dijelaskan bahwa siapa saja yang telah bermimpi bertemu Nabi Saw dalam tidurnya, maka dia akan mendapat beberapa keberuntungan. Diantaranya, akan mendapat takdir (tiket) khusnul khatimah, mendapat syafaatnya kelak di hari kiamat, dan orang yang bermimpi bertemu Nabi Saw, baginya balasan surga.
Di sisi lain, dosa-dosanya akan diampuni oleh Allah Ta’ala, begitu juga dosa kedua orang tuanya, tatkala kedua orang tuanya adalah muslim, juga orang orang yang bermimpi Rasulullah Saw seakan-akan ia menghatamkan al-Qur’an sebanyak 12 kali khataman, ketika menjelang sakaratul maut akan diringankan oleh Allah Ta’ala, dihilangkannya siksa kubur bagi dirinya, dan akan diamankan dari segala mara-bahaya pada saat hari Kiamat nanti. Tidak hanya itu, di dunia maupun di akhirat bagi orang yang telah bermimpi bertemu Nabi Muhammad Saw, semua kebutuhannya akan tercukupi oleh Allah Ta’ala dengan kasih sayang serta rahmat-Nya.
Keistimewaan ini tidak lain kecuali atas derajat Rasulullah Saw yang begitu agung di sisi-Nya. Tidak ada mahluk yang menyamai derajatnya. Nabi Saw adalah satu-satunya makhluk paling mulia di sisi Allah Ta’ala. Karena derajat Nabi Muhammad Saw selalu meningkat dari detik ke menit, menit ke jam dan seterusnya. Kira-kira begitu ujar KH Ahmad Asrori al-Ishaqi dalam al-Munthakobat Juz 1, h 77.
Sebagai catatan, bahwa siapapun yang mengamalkan sebuah amalan baik namun setelah mengamalkan keadaanya masih sama, dalam arti tiada perubahan bukan berarti amalannya yang salah. Bisa jadi karena hati kita yang masih kotor, belum pantas, bahkan berlumurkan dosa yang perlu dimintakan ampun kepada Allah Ta’ala. Atas itu, sudah sepantasnya intropeksi diri serambi tidak putus asa atas rahmat-Nya. Karena betapapun banyak dosa diri kita ini tetaplah bagian dari umat Rasulullah Saw. yang mana Rasulullah tidak akan membiarkan umatnya masuk dalam neraka begitu saja.
Dan penting diketahui bahwa dalam mengarungi bahtera kehidupan, sudah semestinya bagi umat Islam melanggengkan dalam membaca shalawat kepada Nabi Muhammad Saw, agar selamat di dunia akhirat dan kelak sebagai bonusnya akan ditempatkan disurga bersama Baginda Habibillah Rasulillah Saw.
Seburuk-buruk kami Ya Rasulullah, sebanyak-banyak dosa kami, engkau tetap tidak akan bisa memungkiri bahwa kami adalah umatmu Ya Rasulullah
(KH Ahmad Asrori al-Ishaqi)