Cueknya (Para) Ahli Kitab: Hikmah Surat al-Baqarah 284-286 Sebagai Wiridan
Ditulis Oleh: Samsul Arifin

Barangkali, sudah tak asing lagi bagi kita (baik, santri al-Fithrah ataupun Muridin-Muridat al-Khidmah) dengan surat al-Baqarah ayat 284-286. Pasalnya, selain ayat tersebut dibaca ketika tahlilan, ayat tersebut pula tergolongkan sebagai wiridan yang kerap dibaca seusai sholat maktubah. Sebagaimana yang diajarkan oleh Romo Yai Asrori Ra. (Pendiri al-Fithrah dan al-Khidmah) kepada segenap murid (thariqoh) dan santri, agar membaca beberapa wiridan yang telah ditentukan, di antaranya ayat-ayat tersebut.
Dalam membaca al-Qur’an, seringkali hanya berhenti pada pelafadhan. Meskipun hal itu sudah cukup dibilang sebagai ibadah, namun adab membaca al-Qur’an juga hendaknya memahamai makna yang terkandung dalam ayat-ayat yang dibaca. Terutama, yang bentuknya adalah wiridan, refleksi kita pun kerap mencukupkan diri hanya kepada pelafadhan/hafalan.
Padahal, jika ditelusuri lebih dalam, justru maknanya mengagumkan. Serta, mungkin saja akan tertemukan hikmah ataupun sirri mengapa bisa sampai dijadikan wiridan. Seperti al-Baqarah ayat 284-286 yang sudah wajar dijadikan wiridan seusai sholat.
Hubungan ketiga ayat tersebut dengan ayat sebelumnya ialah untuk menekankan bahwa kita sebagai seorang muslim yang beriman mempunyai kewajiban yang harus dilakukan. Di antara kewajiban yang tertera di ayat sebelumnya yang dimaksud adalah sholat, zakat, qhishos, puasa, hajji, talak, iddah, hukum riba dan jual beli, urusan agama, dan lain-lain.
Lalu, dalam ayat 284 di atas, Allah Swt. kembali mengingatkan kepada kita sebagai Sang Pemilik seisi Langit dan Bumi bahwa Ia mempunyai kuasa untuk memberi taklif (baca; beban syariat) apapun dan kepada siapapun yang Ia hendaki. Allah Swt.-pun juga tidak dapat dibohongi. Karena Ia mengetahui semua yang nampak maupun tersembunyi.
Sewaktu ayat ini (al-Baqarah: 284) turun, hal itu membuat keberatan bagi para sahabat hingga mengeluh kepada Rasulullah. Mereka seakan tidak sanggup melaksanakan beberapa taklif yang telah disebutkan barusan (kandungan yang dituturkan di ayat sebelumnya). Kemudian Rasulullah memberikan wejangan kepada para shahabat tersebut yang mengeluhkan keresahan mereka tadi.
“Apakah kalian hendak mengatakan apa yang telah dikatakan ahlu kitab,yaitu kami mendengar namun (nyatanya) kami membangkang?” ungkap Rasulullah Saw. “Katakanlah kami mendengar dan kami ta’at.” Lanjut Tuturnya. Setelah wejangan tersebut diberikan dan para sahabat akhirnya pula memahami maksud Rasulullah tadi, turunlah ayat selanjutnya (yaitu; 285) hingga akhir surat al-Baqarah.
Dari sini, kita bisa mengambil pelajaran bahwa adanya wiridan ayat-ayat tersebut ditujukan untuk senantiasa mengingatkan kepada kita bahwa sebagai muslim yang mukmin hendaknya melaksanakan taklif yang telah ditentukan oleh Allah Swt. Sang Pemilik Langit dan Bumi. Kita sebagai hamba hendaknya untuk selalu menta’ati perintah-Nya, bukan malah membangkang. Kita pun harus menyadari bahwa memang Allah tidak memberikan taklif kepada setiap individu kecuali atas dasar kemampuannya.
Salah satu faidah membaca ayat tersebut adalah sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Pernah suatu ketika beberapa Malaikat turun dari langit ke bumi untuk mendatangi Rasulullah. Lalu mereka berkata kepada Rasululah “berbahagialah dengan dua cahaya yang tidak diberikan kepada para Nabi sebelummu. Dua cahaya tersebut adalah surat al-Fatihah dan Beberapa ayat akhir surat al-Baqarah. Setiap huruf yang dibaca darinya akan mendatangkan cahaya kepada pembacanya.”
Dari keterangan di atas, hanya membacanya saja pun dapat mendatangkan sebuah keberkahan. Apalagi, di saat kita mendalami makna ayat-ayat al-Qur’an sekaligus mentadabburinya (memikirkan dengan baik). Semoga saja, uraian ini merupakan salah-satu sirri/hikmah yang penulis pahami akan ayat-ayat al-Baqarah yang dijadikan sebagai wiridan. Tentu, sebagaimana yang kita tahu, penafsiran para ulama’/mufassir adalah sekian media untuk memahami kandungan ayat al-Qur’an.
Mungkin itu saja yang bisa penulis sampaikan di tulisan yang tak luput dengan kesalahan ini. Kiranya, pembaca sudi untuk menegor penulis dalam kolom komentar jika ditemukan kesalahan. Apabila ditemukan kebenaran, sudah barang tentu itu bukanlah murni dari penulis dan mudah-mudahan kebenaran tersebut dapat bermanfaat kepada kita semua. Kurang-lebihnya mohon maaf sebesar-besarnya.