Mempelajari Titik Ke-tauladanan Nafsu dan Iblis: Kegigihan dan Kecerdikan

Ditulis Oleh: Muhammad Malik

Sumber Gambar: https://cyberdakwah.com/tag/pengertian-nafsu/

Ketika menelisik bahasan seputar manusia dan iblis, maka tidak dapat lepas dari perseturuan dan perselisihan yang terjadi antara keduanya. Rasanya kurang afdol jika tidak membahas perseturuan tersebut. Perseturuan manusia dan iblis sudah dimulai sejak zaman penciptaan Adam As. dan berlansung hingga sekarang, seolah menjadi dendam kesumat yang tidak akan padam. Kenyataannya, Iblis masih tetap kukuh menjalankan misinya untuk menjerumuskan bangsa manusia kepada jurang kesesatan dan kekufuran. Untuk itu, bangsa manusia harus senantiasa waspada (jawa: melek) terhadap tipudaya yang dilancarkan oleh iblis.

Bagi mereka (manusia) yang diberikan keistimewaan oleh Allah SWT, dan menduduki posisi tinggi di hadapan Allah SWT, maka ia akan dijaga oleh Allah SWT, dan ditampakkan baginya segala macam tipu muslihat yang berasal dari iblis. Sampai-sampai ia dapat mengenali karakter yang dimiliki oleh si iblis seperti yang terjadi pada Syekh Junayd al-Baghdadi.

Penuturan Syekh Junayd bahwa iblis merupakan musuh manusia yang mempunyai seribu satu macam siasat untuk melancarkan aksinya, baik kepada manusia awam, ahli ibadah, dan semua lapisan umat manusia tak terkecuali para ulama. Sehingga, ketika melalui satu jalan mereka gagal dalam menjerumuskan manusia, mereka akan membuka jalan lain. Karena apapun dan bagaimanapun jalannya, sama saja bagi iblis. Asalkan dapat menjatuhkan dan menyesatkan manusia. Lumrahnya hal itu disebut “encer” untuk menggambarkan sebuah kecerdikan.

Bukan berarti mengidolakan iblis, akan tetapi perlu dicatat dan digaris bawahi; perihal kecerdikan, keberhasilan dan kesuksesan siasat yang ditorehkan iblis terbukti pada kasus 70 orang sekelas ahli thoriqoh. Mereka telah takluk oleh tipu daya iblis, sebagaimana yang disampaikan dalam isi manaqib al-fayd al-rahmani bab ke-4. Sepertinya mereka (para iblis) telah hafal betul dan benar-benar mengusai medan sebuah pertempuran, sehingga siasat dan strategi mereka banyak membuahkan hasil.

Beralih pada wilyah manusia dan nafsu. Jika iblis merupakan gangguan dan musuh manusia secara eksternal, maka nafsu-lah yang menduduki tribun musuh secara internal. Di mana nafsu telah dititipkan ke dalam setipa hati manusia –menjadi pabrik (sumber) perilaku-perilaku buruk dan tercela bagi manusia-. Seperti halnya ruh yang juga dititipkan dalam hati manusia dan menjadi sumber perilaku terpuji.

Mengenai nafsu, Syekh Junayd al-Baghdadi kembali menjelaskan bahwa karakter dari nafsu adalah selalu bersikukuh (jawa: ulet), gigih dan tekad yang bulat dalam merealisasikan sebuah tujuan. Andai saja tujuan nafsu melalui satu jalan tertentu belum tercapai, maka ia tidak akan menyerah dan terus mendesak menggunakan jalan tersebut, sampai membuahkan hasil yang ia inginkan –tidak lain adalah suatu keburukan-. Bahkan, nafsu tidak akan lengah, tidak akan berpaling sedikitpun –walaupun hanya sekejap- sebelum mencapai titik keberhasihan dan kesuksesan untuk menjerumuskan manusia.

Oleh karena itu, dua musuh manusia ini, yakni iblis dan nafsu dapat dikatakan menduduki peringkat dan level tinggi sebagai rival manusia. Satu hal yang penulis dapat ambil adalah, karakter iblis yang cerdik dan selalu memiliki cara (inovatif) dalam mewujudkan sebuah ambisi tujuan. Karakter yang inovatif  tersebut sekaligus dapat diterapkan oleh manusia, juga sebagai upaya dalam memberikan perlawanan kepada iblis, serta menghindari setiap lubang jebakan yang dibuat olehnya.

Jika iblis punya seribu satu siasat untuk menjerumuskan, maka manusia setidaknya punya seribu dua siasat untuk menghindarinya. Sedangkan disisi lain juga harus gigih dan memiliki tekad sekuat baja, melebihi gigihnya nafsu. Dan akhirnya, dengan usaha (mujahadah), riyadhah, membersihkan hati, memperbanyak dzikir dan shalawat, serta mendekat kepada para guru-guru, maka manusia akan lebih unggul dari rival-rivalnya. Kemudian, manusia juga harus kembali kepada Allah SWT sebagai Dzat yang Maha Memberi pertolongan untuk menundukkan kekuatan iblis dan nafsu.

Disarikan dari sumber kitab al-Risalah al-Qushayriyah fi ‘Ilmi al-Tasawuuf karya Sykeh al-Qushayri pada bab al-Nafsu, al-Ruh dan bab al-Khawatir. Kepada beliau, Lahu al-Fatihah….

Muhammad Malik

Mahasantri Ma'had Aly Al Fithrah, pemuda Purwodadi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *