Berkah Membaca Shalawat dalam Berthariqah
Ditulis Oleh: Ika Millatul Azka dan Wildan Habibi*

Para ulama sufiyah seringkali membaca shalawat sehingga mereka dapat bertemu dengan nabi Muhammad Saw bukan dalam keadaan mimpi, melainkan di dunia nyata. Bahkan bisa curhat dalam masalah/perihal spiritual mereka. Demikian pernah ditanyakan oleh seorang murid kepada gurunya, bahwa dalam hitungan hari seseorang bisa terangkat derajatnya di sisi Allah Swt berkat bershalawat kepada nabi Muhammad Saw.
Saat seorang guru menyuruh muridnya membaca shalawat, maka tanpa ada paksaan seorang murid akan mematuhinya. Sebab pembacaan shalawat yang banyak mereka lakukan menjadi penyebab bertemunya mereka dengan Rasulullah Saw dalam keadaan sadar (bukan mimpi).
Lebih menariknya, mereka dapat berbincang dan dapat bertanya tentang pengalaman bathin ruhaniah, sebagaimana saat berhadapan antara seorang murid dan guru. Karena shalawat dapat menjadikan seseorang ternaikkan derajatnya di sisi Allah Swt hanya dalam hitungan hari. Bahkan sebab beristiqamah melakukan shalawat, seseorang tidak lagi memerlukan guru yg lain karena Rasulullah lah yang langsung menjadi gurunya
Ada seseorang yang tidak butuh guru dikarenakan shalawatnya, sehingga gurunya secara langsung adalah Rasululloh Saw. Demikian sebagaimana tiga hal yang dapat menuntun dan membimbing seseorang kehadirat Allah Swt. Pertama, wahyu. Bagi orang-orang yang sezaman dengan Nabi Saw, namun karena wafatnya Nabi Saw maka selesailah wahyu. Kedua, bimbingan guru mursyid, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam kitab al-Hikam.
Ketiga, ilham. Bagi orang-orang yang tidak sezaman dengan Nabi Saw, tidak mengenal guru mursyid dan tidak tahu di mana mursyidnya namun mereka bersungguh-sungguh, mempunyai keinginan dan keyakinan yang kuat, mereka akan dibimbing oleh Allah Swt melalui malaikat Jibril. Orang yang semacam ini (yang dibimbing dengam ilham), harus memperbanyak membaca shalawat. Sebab Rasulullah lah yang akan langsung menjadi gurunya. Menurut Muhammad Asnawi, tanda kesungguhan seorang murid dalam thariqah meskipun tanpa seorang guru, ia dapat berkesempatan bertemu dengan Rasulullah Saw.
Ada beberapa ulama yang dapat bertemu dengan Rasulullah Saw tanpa bimbingan guru. Seperti, syekh Ahmad Zawawi al-Damanhuri. Beliau tanpa guru namun selalu bershalawat, beliau sering dapat bertemu dengan Rasulullah Saw. Beliau membaca 50.000 shalawat per-harinya. Bunyi shalawat yang dibacanya “Allahhuma shalli ‘alaa sayyidina Muhamadinin nabiyyil ummiyyi wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallim“.
Juga, termasuk orang yang sampai kehadirat Allah sebab shalawat ini ialah seorang ‘Alim. Seperti, syekh Nuruddin al-Sinwani atau pendiri majelis shalawat di Universitas al-Azhar, syekh Muhammad bin Daud al- Manzali, syekh Muhammad Adil al-Thanaji dan syekh Jaluluddin al-Suyuti yang merupakan salah satu pengarang berbagai kitab dari semua bidang ilmu
Selain itu juga, syekh Abdul Wahab al-Sya’rani menyebutkan dalam kitabnya “Uhud al-Muhammdiyah”, bahwa ia diangkat menjadi mursyid juga sebab mengamalkan shalawat itu. Shalawat yang diamalkan olehnya menurut syekh Muhammad Nuruddin merupakan salah satu syarat menjadi seorang mursyid. Salah satu syarat shalawat yang dilakukan olehnya ini adalah “Shawalat Ummiy”. Dengan mengamalkan shalawat tersebut, orang-orang dapat bertemu dengan nabi Muhammad Saw.
Waktu: 18 April 2021
Pengaji : Ustadz, Dr. H. Rosidi, M.Fil.I
Kitab: Anwarul Qudsiyyah karya syekh Abdul Wahab al-Sya’rani
*Mahasantri Ma’had Aly Al Fithrah, Semester 2.