Moderasi : Menggali Bagian Yang Hilang Dalam Jiwa Manusia

Ditulis Oleh: Muhammad Zakki

Judul Buku      : Gagasan Moderasi Habib Ali Zainal Abidin Al Jufri

Penulis             : Dicky Adi Setiawan

Penerbit           : CV Pena Persada

Halaman          : xxi+161 halaman

Tahun terbit    : 2021

Setiap manusia memiliki kecenderungan untuk menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya. Entah dalam hal sandang, pangan maupun papan, per kepala mendambakan yang terbaik untuk kehidupannya. Segala bentuk usaha pun dikerahkan untuk bisa memperolehnya, bahkan sampai mengabaikan hak dan kepentingan orang disekitarnya. Ia hanya ingin mengenyangkan dan menyamankan dirinya sendiri saja, keluarganya dan orangorang yang dicintainya saja. Dari sinilah akar terjadinya sikap radikal dan liberal pada diri manusia.

Permasalahan semacam ini bukan hal baru dalam kehidupan di bumi ini. Bahkan sejak terciptanya kehidupan manusia perdana di sini. Nabi Adam As teriming-imingi oleh ‘pohon keabadian’ yang dijanjikan iblis. Jenis kriminal berdalih pemenuhan hasrat keinginan ini terus mengalami mutasi. Setiap eranya terkemas dengan warna dan corak yang berbeda sekali. Di masa sekarang ini didominasi oleh ketegangan antar manusia satu dengan yang lainnya, berbeda dengan Adam As yang dulu masih sendiri.

Motifnya juga tidak lagi hanya pemenuhan kebutuhan ragawi, melainkan sampai mengatasnamakan ‘perintah ilahi’. Membawa-bawa nama Tuhan untuk melegalkan setiap perbuatan yang dilakoni. Agama telah berhasil disalah-pahami. Firman Tuhan untuk saling menjaga dan menyayangi hanyalah aksara mati yang tak lagi berfungsi. Ide dan pemikiran moderat pun sangat perlu diperkuat dan dipererat serta diaplikasikan dalam setiap lingkup kehidupan dengan berbagai keberagamannya di bumi.

Dicky Adi Setiawan melalui ‘Gagasan Moderasi Beragama Habib Ali Zainal Abidin Al Jufri’ mempertegas kembali pemikiran yang disampaikan oleh sosok keturunan Rasulullah Saw kondang asal Timur Tengah yang ramai diperbincangkan ini. Ulasannya dalam ‘Kemanusiaan sebelum Keberagaman’ sangat pantas diapresiasi, apalagi pada paruh milenium ini, di mana banyak orang yang sangat mudah sakit hati hanya gara-gara perkara yang sepele sekali.

Buku yang ditulis Dicky selaku santri di pondok pesantren salaf ini sangat perlu dibaca oleh seluruh lapisan masyarakat negeri ini. Referensinya terpercaya dan narasi isinya adalah berisikan isu-isu terkini berkaitan dengan kondisi masyarakat yang berkembang saat ini. Begitu kira-kira apresiasi Buya KH. Husein Muhammad atas kelahiran karya pertama yang ditulis Dicky ini.

Sebagai bagian dari mahasiswa Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir di Sekolah Tinggi Agama Islam  (STAI) Al Fithrah Surabaya dan mahasantri di Ma’had Jami’ah Al Fithrah ia mampu mengelaborasikan keilmuan al-Qur’an dengan tasawuf sekaligus. Secara utuh jika kita menelisik seluruh isi kandungan al-Qur’an maka kita jumpai di sana tidak seayat pun yang melegalkan seorang muslim khususnya, dan manusia pada umumnya untuk bertindak sesuka nafsunya. Begitu juga tasawuf, yang mengajarkan keindahan.

Dengan kita mempelajari secara komprehensif isi al-Qur’an maka kita akan menemukan mutiara bernama rahmatan lil ‘alamin di dalamnya. Kilau cahayanya menyenangkan setiap mata yang menyaksikannya. Hal ini terjadi juga kita mau mendalami ajaran tasawuf, di mana muaranya adalah shidqut tawajjuh ila Allah, yang bisa dicapai dengan mengetahui siapa hakikat diri sendiri dan siapa hakikat Allah sebagai Tuhannya.

Membaca buku ini membuat kita diajak untuk menyelami samudera makna Islam terdalam. Betapa tidak sedikit yang kini mulai tidak tampak dan tenggelam. Buku ini hadir sebagai bahan mengaca bagi kita atas apa yang telah kita lakukan selama ini ternyata tidak mencerminkan wajah Islam yang ramah dan penuh senyum.

Ulasan-ulasannya mudah dipahami dan terkait isu yang berkembang baru-baru ini, sehingga buku ini layaknya panduan dalam bersikap atas fenomena-fenomena yang terjadi. ‘Polemik Karikatur Nabi Saw’ dan ‘Menyoal Penolakan Jenazah Covid-19’ adalah di antara sekian materi yang sangat penting diketahui. Membacanya seakan bentuk penulis menasehati diri dan memberi arahan kepada orang lain tentang caranya menyikapi kondisi seperti sekarang ini.

Pokok permasalahan moderasi pada perilaku beragama seseorang adalah bergantung pada keadaan jiwa yang mempengaruhinya. Kondisi jiwa yang dipenuhi indah moderasi terlahir dari kesadaran. Jika seseorang menyadari siapa hakikat dirinya, maka ia akan pandai dalam menyikapi keadaan sekitar atau horison yang menyelimutinya. ‘Man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa Rabbahu’ demikian kutipan naskah aslinya.

Akhirnya, karya Dicky secara tidak langsung menunjukan keunggulan kualitasnya yang jarang diketemukan pada diri manusia. Kualitas ini adalah konsistensi, sebagaimana dinyatakan Jeremy Benthan, yang dimaksud di sini adalah mentradisi menulis. “Ia yang memperjuangkan masa depannya, maka berhak untuk hidup pada masa kini” Ayn Rand. Sudah saatnya santri ini untuk terus berjuang menelurkan karya-karyanya, membumikan Islam dengan segala keramahan yang dimilikinya.

Muhammad Zakki

Penulis dan mahasantri Ma'had Aly Al Fithrah, berasal dari kabupaten Pemalang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *