Dua Mahasantri Al Fithrah Penuhi Undangan Puslitbang Kemenag RI

Ditulis Oleh: M. Zakki

Masa pandemi Covid-19 bukan alasan yang tepat untuk berhenti menelurkan karya dan membuat hidup lebih cerah. Langkah ini ditempuh Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Pendidikan Agama dan Keagamaan (Penda) Kementerian Agama Republik Indonesia dengan menyelenggarakan Seminar Karya Tulis Ilmiah. Seminar yang mendiskusikan karya-karya tulis ilmiah santri Ma’had Aly ini di helat di hotel the 101 Tugu Jogja pada Rabu hingga Jum’at, 14-16 Oktober 2020.

Event ini dihadiri oleh 60-an peserta yang terdiri dari kalangan mahasantri ma’had aly, panitia dari Puslitbang dan beberapa tamu undangan dari berbagai intansi di Jogjajarta. Acara terbagi atas empat sesi yang masing-masing diisi dengan presentasi karya tulis oleh lima mahasantri, yang kemudian dikritisi oleh seluruh peserta yang hadir dan terakhir mendapatkan penilaian dari para narasumber di depan.

Protokol kesehatan diterapkan secara ketat demi menghindari kluster baru di masa pandemi. Panitia menyediakan masker, face shield dan hand sanitizer serta memberlakukan social distancing yang wajib dipatuhi oleh seluruh peserta selama acara berlangsung.

Sebelumnya, rangkaian kegiatan ini sebetulnya telah dimulai sejak bulan Januari 2020 dengan sosialisasi penulisan karya tulis ilmiah. Sasarannya ialah peserta dari mahasantri Ma’had Aly. Pada Maret 2020, ditetapkanlah 20 naskah proposal terpilih dari 60-an proposal yang diterima panitia. Sehingga pada Maret 2020 itu dilakukan sebuah sosialisasi terkait tahapan-tahapan yang harus dipatuhi oleh para peserta KTI tersebut dengan melalui aplikasi zoom.

Pada bulan Mei 2020 mulailah ada pengucuran dana untuk melancarkan penelitian dan pembimbingan tahap penulisan di bulan-bulan selanjutnya oleh beberapa peneliti senior Puslitbang, meskipun melalui virtual. Para mahasantri menghadapi rintangannya tersendiri karena harus berusaha mandiri tanpa bimbingan secara tatap muka dan di tengah kesibukannya masing-masing semasa pandemi.

Karya Tulis Ilmiah Mahasantri Ma’had Aly dalam event ini disusun dengan mengangkat tema utama “Pesantren: Keilmuan Literasi Digital dan Moderasi Beragama” dengan sub tema meliputi Keilmuan Ma’had Aly , Literasi Digital dan Moderasi Beragama. Harus diakui jika proses penulisan karya tulis ini sedikit terkendala karena memang pembimbingan kurang maksimal sebab dilakukan secara daring.

Kegiatan ini diikuti oleh 20 mahasantri dari total 15 Ma’had Aly se-Indonesia. Sejak tulisan ini dipublis, sekarang yang  tercatat ialah ada 60 Ma’had Aly se-Nusantara yang sudah mendapatkan SK-nya secara resmi dari Kemenag RI.

Ma’had Aly sendiri adalah lembaga pendidikan yang setara dengan perguruan tinggi. Lembaga ini berlokalitas di pesantren yang mengedepankan nilai keilmuan berbasis kitab turats. Penyelenggaraan Ma’had Aly di pesantren hanya difokuskan pada spesialisasi (takhasus) yang diunggulkan oleh setiap pesantren yang mengajukan.

Saat ini program studi yang berkembang masih berkisar pada Fikih dan Ushul Fikih, Fikih Kebangsaan, Al-Qur’an dan Ilmu Qur’an, Tafsir dan Ilmu Tafsir, Hadits dan Ilmu Hadits, Sejarah dan Peradaban Islam, Aqidah dan Filsafat Islam, Bahasa dan Sastra Arab, Ilmu Falak serta Tasawuf dan Tarekat (amali.or.id).

Dari sekian syarat dibentuknya lembaga Ma’had Aly adalah pesantren harus telah memiliki lebih dari seribu santri dan sudah berjalan selama kurang lebih dalam kurun 15 tahun. Pesantren juga harus memiliki keseriusan oleh pengurus dan yayasan dalam mengawalnya agar lembaga ini bisa terus eksis tanpa konflik. Hal ini mengingat ada 27 ribu pesantren di Indonesia dan disahkannya UU Pesantren yang rentan dalam menyalahgunakan penyelenggaraan Ma’had Aly (m.republika.co.id).

Ma’had Aly Al Fithrah Surabaya sendiri diwakili oleh dua mahasantrinya untuk mengikuti acara seminar itu, yakni Dicky Adi Setiawan (mahasantri semester 7) dengan judul karyanya “Moderasi Beragama Perspektif Habib Ali Zainal Abidin bin Abdurrahman al-Jufri: Telaah Kitab Al-Insaniyah qabla al-Tadayyun” dan Muhammad Zakki (mahasantri semester 8) dengan judul “Moderasi Beragama dalam Al-Muntakhabat karya KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi dan Perilaku Penganut Tarekat Qadiriyah wa Naqshabandiyah Al-Uthamaniyah”. Keduanya menyelesaikan karya itu dengan bimbingan Bapak Nunu Ahmad Annahidl, M.Si.

Diselenggerakannya Kegiatan Penguatan Karya Tulis Ilmiah Mahasantri Ma’had Aly ini ditujukan untuk menghidupkan kembali semangat menulis dari kalangan santri. “Apalagi ada yang mulai mengangkat karya ulama pendiri pesantrennya. Ma’had Aly perlu dibina agar bisa setara dengan perguruan tinggi dalam hal penelitian” disampaikan oleh Direktur PD Pontren, Dr. Waryono Abdul Ghofur dalam pembukaan kegiatan tersebut melalui via zoom sebab berhalangan hadir.

Prof. Dr. Mifedwil Jandra, M.Ag mengakui bahwa program yang diberlakukan ini (pembiayaan, pendampingan dan pembimbingan penelitian. Red.) juga telah diterapkan di UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta, di mana ia mengabdikan diri. Menurutnya, kegiatan semacam ini perlu digalakkan untuk mempercepat studi mahasiswa dan menghasilkan output yang baik.

Dr. M. Murtadlo, MA ini, salah seorang peneliti senior Puslitbang yang juga mengasuh pondok pesantren di Jogjakarta menambahkan perlunya cara berfikir yang runtut. Para mahasantri yang sudah mengalami proses belajar hidup menjadi santri dengan bertanggung jawab, seharusnya juga dilakukan dalam proses menulisnya. “Santri juga harus mampu berfikir merdeka dan memiliki ketajaman analisa” imbuh Hj. Ir. Sunarini, M.Kom yang merupakan kepala Puslitbang Kemenag itu.

Dr. Muhammad Ikhsan, M.Si yang merupakan narasumber dan dosen di Ma’had Aly Krapyak menyayangkan kurangnya penggunaan metodologi dalam karya tulis mahasantri. Hal inilah yang menjadi tugas utama dan merupakan visi bagi para mahasantri, juga para dosennya yang pasti. Agar, mahasantri mampu mensejajarkan diri dengan mahasiswa umum dan mampu bersaing dengan cara mendalami metodologi. Meskipun refrensi dan sumber utama adalah kitab-kitab dan turats, tidak menutup diri untuk pula menggunakan pembacaan atau analisis dan metodologinya secara rapi.

Bagaimanapun, metodologi dalam penelitian adalah alat yang harus dihadirkan untuk memberikan analisa yang tepat, sehingga menghasilkan kesimpulan yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, diskursif. Para mahasantri, peserta KTI menyambut baik pesan dan saran yang disampaikan oleh para narasumber. Nama mereka telah tercatat sebagai calon peneliti dari kalangan pesantren yang siap berkompetisi. Semoga tercapaikan, aamiin.

Muhammad Zakki

Penulis dan mahasantri Ma'had Aly Al Fithrah, berasal dari kabupaten Pemalang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *