Pesan “Damai, Damai, Damailah” Pada Poster Tema Kemerdekaan Al Fithrah

Ditulis Oleh: Ainul Yaqin

Shot by: Misbahul Hadi

Hari ini, 17 Agustus 2020 adalah hari yang istimewa. Hari di mana manusia Indonesia merefleksikan kemerdekaan mereka yang ke-75 tahun. Pengadaan upacara-upacara kemerdekaan, di tahun ini atau sebelum-sebelumnya merupakan bentuk penghormatan/penghargaan. Dari rakyat Indonesia yang sekarang menikmati kebebasan tanpa penindasan kepada para pejuang yang gagah menghalau penetrasi para penjajah dan membebaskan tanah air dari keterkungkungan mereka.

Demikian lah layaknya dalam ulasan M. Zaki (Refleksi Kemerdekaan) yang berbunyi “kemerdekaan bukan semata tentang hasil, melainkan didahului perjuangan dan pengorbanan yang mutlak ada”. Maka, bukan hanya diartikan hari libur nasional dan semacamnya, memang hari ini adalah satu bukti agung kita (manusia Indonesia) untuk berterima kasih kepada para pahlawan.

Tidak seperti sebelum-sebelumnya (lantaran pandemik-wabah), Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya ini tetap saja melangsungkan ritual upacara bendera 17 Agustus di tahun sekarang, meskipun hanya para security dan beberapa santri yang mengajukan diri untuk berkarantina di sana. Berani memperihatkan jiwa nasionalis pesantren ini, karena sejak 2005 upacara bendera 17 Agustus sudah ada dan diselenggarakan di Al Fithrah Surabaya untuk yang pertama kali. Siapa sangka? Sejauh penelusuran penulis, upacara bendera yang pertama kalinya ini merupakan atas dawuh serta instruksi langsung dari KH. Achmad Asrori al-Ishaqi, selaku pendiri pesantren salaf ini.

‘Ritual’ upacara bendera perdana ini yang diadakan di Al Fithrah tetap saja terlaksana dengan lancar, walaupun para peserta upacara (santri) dengan menggunakan jubah putih khas santri Al Fithrah. Bahkan banyak yang tak bersepatu atau hampir seluruh pesertanya – seperti lazimnya anak pondok. Demikian pun dari para santri, ada yang memakai sandal dan bahkan ada yang tidak (baca: nyeker).

Pendek kata, belum banyak kenal ternyata Kyai Asrori juga merupakan seorang kyai yang nasionalis (sejati). Instruksi beliau untuk melakukan upacara bendera perdana di Al Fithrah bagi santri-santri, ini tentunya menyimpulkan sebuah sikap kebangsaan beliau terhadap NKRI. Meskipun pernah suatu ketika mengaku bahwa “SD saja tak lulus”, akan tetapi ternyata beliau sangat nasionalis.

Dipikirkan kembali, sepatutnya kita menyadari bahwa kenikmatan berdzikir dan lain sebagainya – yang biasa dijalankan (dirutinkan) sebagai wadhifah tidak dapat terlaksana dan sulit dikecap, jika saja kenikmatan berupa kemerdekaan NKRI ini tidak diperolehkan. Tentu saja, Kyai Asrori juga sangat tahu tentang ini. Begitu pun dengan sebuah hadits:

لا يشكر الله من لا يشكر الناس

“Seseorang tidak dapat dibilang pandai bersyukur (berterima kasih) kepada Allah Ta’ala, jika ia tidak pandai berterima kasih kepada manusia/sesamanya –  hal ini juga adalah mereka (para pahlawan kemerdekaan)”.

Tidak hanya – kebangsaan dan rasa nasionalisme Kyai Asrori, beberapa keterangan menyatakan bahwa jika setiap bulan Agustus  tiba, beliau juga menginstruksikan para santri yang tergabung (khidmah, istilah di sini) dalam bagian dekorasi untuk membuat bangunan dekoratif dengan warna dasar merah-putih. Isi bangunan itu, demi menyambut hari kemerdekaan adalah ucapan dirgahayu atas kemerdekaan RI. Ada dua bangunan yang biasa dibuat, satu diletakkan di akses masuk gerbang depan, dan satu lagi ditaruh di pojok pertigaan masuk (gang) garasi ndalem. Ada kalimat terakhir dalam ucapan dirgahayu tersebut yang merupakan dawuh dari Kyai Asrori sendiri. Dawuh yang dimaksud berbunyi; “DAMAI, DAMAI DAMAILAH!” – Lihat postingan instagram official Al Fithrah yang menyambut kemerdekaan RI tahun ini.

Demi mengingat beliau, Kyai Asrori r.a seperti narasi pak Imam Subakti Malang yang dikutip oleh beberapa media, mengingatkan diri pada saat-saat kehilangan sosok beliau. Terutama hari ini senin 17 Agustus 2020 – hari yang dirasa seirama dengan hari/detik-detik duka dan sangat sedihnya para pengikut beliau. Karena hari itu, tepat malam 18 Agustus 2009 (senin malam selasa atau pagi selasa) adalah waktu telah kembalinya beliau ke Rahmatullah. Lahul fatihah.

Ainul Yaqin

Founder (1) Komunitas HIKAM, mahasantri Ma'had Aly Al Fithrah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *