Surat Al Hujurat: Pesan Al Qur’an Untuk NKRI

Ditulis Oleh: Nadiyah Azizatus Sa’adah*

Meninjau keadaan geografis NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), negara ini dikenal dengan negara kepulauan terbesar. Dengan 13.000 pulau dan jumlah penduduk mencapai kurang lebih 240 juta jiwa. Wajar saja dengan hal ini adanya keberagaman di Indonesia sangat mengental. Baik itu secara budaya, etnis, suku, ras, bahkan agama. Namun hakikatnya keberagaman itu yang menjadikan negara kita sebagai negara kesatuan.

Ditambah lagi, keberagaman NKRI sejak dulu telah dirangkul Pancasila-nya yang merupakan Dasar Negara. Terdapat ungkapan pada sila ke-3 berbunyi “Persatuan Indonesia”. Di mana setiap manusia Indonesia berkewajiban untuk menjadi satu/bersatu. “Satu”, yang dimaksud adalah utuh dan tidak terpecah-belah. Diperkuat lagi dengan narasi “Bhinneka Tunggal Ika” yang bermakna “berbeda-beda tapi tetap satu” – merupakan semboyan Negara Indonesia.                                                     

 Keberagaman ini mengkristal sebagai sekian aspek yang mewarnai kehidupan. Mengandung unsur perbedaan yang sepatutnya berperan utama untuk terjalinnya keharmonisan dan kelangsungan hidup bersama. Sehingga meski perbedaan itu banyak mewarnai kehidupan secara berjalan, beriringan, namun tetap membentuk sikap toleransi.

Tidak hanya itu, perbedaan/keberagaman ini bukan hanya sebatas pada tatanan budaya, etnis, atau agama. Terkadang perbedaan fisik juga menjadi suatu problem yang sampai saat ini masih banyak mengundang terjadinya diskriminasi di kalangan tertentu, terutama berstatus minoritas.

Tak Kenal Maka Tak Sayang” ungkapan ini sering terdengar dalam beberapa dialog. Pengenalan menjadi suatu kondisi atau sebagai proses, di mana pertemuan atau interaksi baru sedang terjalin dan membentuk sebuah hubungan baru. Namun, hal tersebut terkadang berujung-membentuk sebuah polemik permasalahan, semisal jika hal itu bagi sekian orang tidak sesuai dengan diri mereka atau kelaziman mereka.

Flashback terhadap Al Qur’an, merupakan kitab suci, kalam Allah SWT yang fungsional sepanjang masa dan operasional dalam keadaan apapun, serta universalitasnya dapat menciptakan formula interpretasi yang beraneka-ragam. Salah satunya, dalam menyikapi kasus sosial yang telah dipaparkan di atas – sebagai landasan dalam berperilaku.

Allah berfirman dalam surat al Surah Al Hujurat : 13

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13)

Pada ayat ini, terdapat kata (تَعَارَفُوا) yang berasal dari kata عرف, berarti mengenal. Pola kata yang digunakan pada ayat ini ialah bermakna “saling mengenal” dan mengandung makna “timbal balik”. Dalam Tafsir al-Jalalain, “saling mengenal” yang dimaksud ialah bukan untuk membanggakan ketinggian nasab atau keturunan. Pengenalan ini diadakan untuk saling terbuka peluang dalam memberi kemanfaatan dan saling menarik pengalaman. Saling mengenal akan menciptakan kedamaian, kesejahteraan hidup, dan kebahagiaan.

Hal ini menunjukkan adanya kewajiban saling mengenal dan menghargai perbedaan atau keberagaman. Tafsir Al Misbah mengartikan kata لتعارفوا dengan arti “perkenalan/pengenalan untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dan dampaknya tercermin pada terbentuknya sebuah kedamaian dan kesejahteraan hidup duniawi dan kebahagiaan ukhrawi”. Bisa disimpulkan, semakin kuat pengenalan satu pihak dengan selainnya, semakin terbuka peluang untuk saling memberi manfaat. Eksistensi sikap untuk saling mengenal sangat ditekankan dalam ayat di atas.

Masih dari keterangan tafsir Al Misbah, sejak diturunkannya Al Qur’an, tujuannya ialah untuk menghilangkan fanatik kesukuan dan perbedaan suku, ras, budaya, bangsa, agama, dan sebagainya. Memang, keberagaman atau bahkan fanatik kesukuan merupakan keniscayaan yang tidak bisa ditolak keberadaannya di muka bumi. Sikap toleransi, saling menghargai dan menghormati perbedaan merupakan sikap yang harus tertanam dalam jiwa seorang muslim.

Bahkan dari asbabun nuzul (kronologi turunnya) ayat Al-Hujurat di atas, sangat berkaitan dengan beberapa kisah yang melatarbelakanginya “tidak saling menghargai”. Salah satunya dalam al-Durr al-Mantsur karya al-Suyuthi – ialah riwayat dari Ibn Abi Mulaikah saat setelah pembebasan Kota Mekkah (fathul makkah) di bawah pimpinan Rasulullah SAW. Saat itu, beliau menyuruh Bilal untuk naik (ke atas Ka’bah) dan mengumandangkan adzan. Lalu, sahabat Attab bin Usaid berkata “Segala puji bagi Allah yang telah mewafatkan ayah-ku sehingga tidak sempat menyaksikan peristiwa ini”.

Lantas Harish bin Hisyam berkata “Apakah Muhammad SAW tidak menemukan orang lain (untuk beradzan) kecuali gagak hitam ini?”.  Ini termasuk dalam kasus mencemooh pada sahabat Bilal yang berkulit hitam. Saat itu memang sebagian penduduk Makkah terkaget-kaget, karena belum tau/kenal bahwa budak ini (Bilal) sering berkumandang adzan di Madinah, sebelum fathul makkah. Bahkan ada yang berkata “jika Allah membencinya, niscaya mengantinya dengan yang lain”.Kejadian ini sering kita jumpai pada kehidupan saat ini – fenomena tidak saling menghargai.

Masih dalam konteks asbabun nuzul ayat tadi. Masuk di deretan asbabun nuzulnya ialah moment saat Haji Wada’ – keterangan tafsir Al Misbah. Nabi SAW pernah mengatakan “Wahai manusia, sesungguhnya Tuhan kamu Esa, ayah kamu satu, tiada kelebihan orang arab maupun non arab, tidak juga non-arab atas arab, atau berkulit hitam atas yang kulit putih tidak juga sebaliknya kecuali dengan taqwa, sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa”.

Ini merupakan gambaran adanya kondisi perihal kaum minoritas dan mayoritas yang telah menjadi titik fokus pada penjabaran awal di atas, yakni sebuah kasus yang dipolemikkan dari keberagaman atau kasus diskriminasi. Demikian sekaligus guna menekankan peningkatan pemahaman dan sikap toleransi antar individu yang berasal dari kelompok minoritas dengan budaya yang dominan (kaum mayoritas).

Adanya Solusi pada problematika keberagaman sekaligus bentuk tindakan telah termaktub pada ayat tersebut, tepat lafad لِتَعَارَفُوا yang berarti “saling mengenal dengan bertujuan untuk memberi kemanfaatan dan saling menarik pengalaman”. Inilah tujuan risalah Islam. Menciptakan kehidupan yang harmonis dalam masyarakat yang serba majemuk, serta mengembalikan Islam pada posisi sejatinya, “Rahmatan lil alamin”.

Maka, Al Qur’an/nash suci telah memperdulikan kondisi mengenai adanya perbedaan, keberagaman di mana semua itu ada bukan untuk saling mencari sisi kekurangan di antara kedua pihak. Namun “saling mengenal” ditujukan untuk menjadi suatu jalan melengkapi dan menciptakan keharmonisan dalam bingkai kehidupan.

Untuk sekarang ini terlebihnya, bulan Agustus ini – yang identik dengan hari Proklamasi NKRI (17 Agustus), pandemik bukanlah halangan kita untuk memperkuat keharmonisan. Justru semakin mempererat, dengan edukasi atau membantu ketidakmampuan saudara yang lain. Suasana “Agustusan” pun juga lebih mengingatkan bahwa kita (sesama manusia Indonesia) adalah saling bersaudara – melalui konsep ukhuwah wathaniyah.

Adanya tulisan ini, semoga membuat kita sebagai warga NKRI dan seluruh umat muslim, bahkan seluruh manusia tanpa terkecuali perlu mengingat bahwa perbedaan justru menghadirkan kita banyak pelajaran dan pengalaman untuk saling memberi kemaslahatan di antara kita. Kembali lagi, ingat ungkapan ini (pesan langit-kata Nadirsyah Hosen) “Tak Kenal Maka Tak Sayang”, adalah pesan yang telah dibenarkan dalam Al Qur’an.

Sekian.

*Penduduk Asli Gresik yang sekarang duduk sebagai Mahasiswi PGMI STAI Al Fithrah Surabaya. Selain literasi, juga pegiat bahasa.

HIKAM.ID

Komunitas HIKAM. Sekolompok mahasantri pesantren Al Fithrah Surabaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *