Melihat Info Terkini Hagia Shopia, Mengenangkan Diri Pada Jasa Besar Sultan Mehmed II
Ditulis Oleh: Haikal Fikri

Tanggal 24 juli 2020 menjadi tanggal istimewa hendak dibanggakan oleh umat Islam. Tepat pada tanggal itu adalah momentum pertama kali bagi mereka untuk dapat menunaikan shalat jumat di Hagia Shopia atau disebut dengan Aya Shopia. Gedung yang kurang lebih berumur 1500 tahun tersebut dikerubungi oleh umat muslim dengan sambutan “Allah Hu Akbar”. Penantian ini dirasakan kurang lebih dari 86 tahun semenjak Akmal At-Taturk mengubah Hagia Shopia menjadi museum.
Tak kurang lebih dari berbagai negara mengecam keputusan Endorgan untuk mengubah Hagia Shopia menjadi masjid kembali. Bahkan paus Fransiskus tidak memberi tanggapan (atau sedih) atas perubahan kembali sistem gedung tersebut (menjadi masjid) lantaran kekecewaannya.
Hagia Shopia merupakan sebuah Katedral yang didirikan Kaisar Justianus I pada tahun 523 M. Hagia Shopia sendiri merupakan sebuah tempat ibadah di suatu daerah yang bernama Konstantinopel, berlokasi di Istanbul, Turki. Pada masanya, Konstantinopel adalah ibu kota dari romawi timur yang biasa kita kenal dengan “Byzantium”. Sebuah daerah yang dibangun oleh Konstantin Agung pada tahun 330 M.
Awal penyebutan Konstantinopel sendiri bermula dari Kaisar romawi, yaitu Constantin I. Pada mulanya, nama kota ini diberi nama “Nova Roma”, namun ujungnya masyarakat Konstantinopel menyeret nama raja mereka (Constantin) untuk dijadikan sebagai nama kota tersebut. Hal ini atas dasar kesadaran mereka terhadap Kaisar Constantin yang begitu semangatnya untuk menyaingi Roma pada saat itu.
Dulu, Konstantinopel ini dikelilingi tembok setebal kira-kira 5 meter untuk melindungi dari serangan musuh. Akan tetapi pada tanggal 29 mei 1453 M, tembok penahan tersebut jebol saat kota ini ditaklukan oleh sultan Mehmed II beserta pasukannya.
Sultan Mehmed II ialah anak dari Murad II. Beliau meski masih kecil memiliki ketrampilan yang cakap, hingga ayahnya, sultan murad II memerintahkan Syaikh Muhammad Syamsudin untuk mengajarkan dan mendidiknya untuk menjadi sebuah kepribadian yang hebat.
Sultan Mehmed II mulai naik takhta pada tahun 1444 M. Sultan Murad menyerahkan kekuasan Turki Usmani pada putranya ini, sebab ia berkehendak lebih memfokuskan diri ke agama. Ketika beliau naik takhta, seketika itu kerajaan Kristen di wilayah Hongaria yang dipimpin oleh Hunyadi dan Vladius melanggar perjanjian dan menyerang wilayah daulah Usmani. Sultan Mehmed meminta kembali ayahnya untuk naik takhta, tetapi Sultan Murad II menolak.
Sultan Mehmed II dengan halus berkata “jika ayah adalah seorang raja, maka pimpinlah pasukan. Jika aku adalah seorang raja, maka aku perintahkan ayah untuk memimpin pasukan kita”. Pertempuran yang dikenal varna ini dimenangkan oleh Sultan Mehmed II beserta ayahnya, Sultan Murad
Ternyata, Sultan Mehmed adalah yang diramalkan oleh hadist dari nabi yang berbunyi:
لَتَفْتَحَنَّ القَسطَنطِينِيَّة فَلِنِعمَ الأَمِير أَمِيرُها وَلِنِعمَ الجَيش ذَلِكَ الجَيش
“Kostantiniyyah (Konstantinopel) niscaya akan merdeka (yang akan ditaklukkan oleh) sebaik-baiknya panglima dan sebaik-baiknya pasukan.”
Maka Sultan Mehmed selalu memikirkan sebuah cara untuk menaklukanya, sehingga pada tahun 1453 M, Konstantinopel telah dikepung darat-laut oleh pasukannya.
Konstantinopel dipimpin oleh kaisar Constantin IX. Namun melihat besarnya kekuatan umat muslim waktu itu, maka kaisar Constantin meminta bantuan ke Roma yang pada saat itu musuhnya sendiri. Kristen sendiri dibagi menjadi dua yaitu Ortodoks dan Katholik. Akhirnya Roma bersedia membantu dengan mengirim panglima Giovani dari Genoa Setelah sampai ke Konstantinopel.
Romawi barat mengirimkan Giovani untuk memimpin pertempuran. Giovani memberi arahan untuk mempertahankan kota dari serangan Turki Usmani, seperti halnya pada saat di Teluk Golden Horn. Bahkan ia juga memerintahkan untuk memberi rantai besi di laut untuk membatasi gerak-gerik armada Turki pada saat itu.
Dengan siasat sultan Al-Fatih yang begitu luar biasa waktu itu, beliau memerintahkan sebagian kapal untuk masuk Selat Bospurus dan sebagian lagi untuk mencegah bantuan Konstantinopel dari dunia luar, Bayangkan, kapal-kapal itu melewati daratan dengan disiasati kayu-kayunya dilumuri dengan minyak zaitun, namun dengan pertolongan Allah maka kapal tersebut bisa melewati daratan. Setelah sampai ke tanah Konstantinopel, Sultan Al-Fatih menyuruh kaisar Constantin untuk menyerah tapi ditolak mentah-mentah. Terjadilah pertempuran sengit.
Di sana, para kaum muslimin melantangkan takbir-takbir. Mendengar suara itu, kaum Kristen ketakutan seakan-akan banyak sekali singa yang mengaum. Banyak strategi yang dilakukan oleh pihak kaum muslimin, saah satunya membuat terowongan bawah tanah untuk menembus tembok Konstantinopel.
Setelahnya, kejayaan lain saat dipimpin oleh Sultan Mehmed II ialah Gereja Aya Sofia tadi dimodifikasi dan disulap menjadi Masjid. Jadi, dulunya Aya Sofia ini sempat dijadikan sebagai masjid, namun setelahnya ditetapkan sebagai museum dan sekarang disulap kembali menjadi masjid. Tidak hanya itu, sebuah Masjid lain yang dibangunnya pula, namanyaMasjid Jami Muhammad Al-Fatih, atas bantuan seorang arsitektur Yunani yang bernama Christodulos.
Arsitektur ini juga pernah merangkai pembangunan sekolah-sekolah, pemandian, dapur umum, rumah sakit dan panti-panti sosial. Selain itu, dia juga membangun sebuah masjid di dekat makam Abu Ayyub Al Anshori, di mana ia tewas dalam penyerangan pertama ke Konstantinopel pada tahun 678 M. Pada akhirnya, dalam Muhammad Al-Fatih pun meninggal dunia saat usia mencapai 51 tahun dan dia dimakamkan di dekat masjid megah yang dibangunnya tadi di Konstantinopel. Lalu dia digantikan oleh anaknya Sultan Salim I (1512-1520).
Untuk beliau, Sultan Mehmed II, lahul fatihah*
*Haikal Fikri, seorang anak ke-2 dari 4 bersaudara yang lahir dan tinggal di Surabaya. Seorang pengagum sejarah ini adalah mahasiswa aktif di prodi Akhlak dan Tasawuf STAI Al Fithrah Surabaya. Ia juga aktivis di organisasi UKM (Komunitas) Senja (Sentuhan Pena Remaja), sekalian sekretaris BEM di STAI Al Fithrah Surabaya.