Ternyata, Prinsip-Prinsip Sufi Juga Menerakan Protokol “New Normal”

Ditulis Oleh: Nur Safitri

Pandemic covid-19 ini memicu keterhambatan ekonomi yang berkelanjutan. Seiring dengan himpitan pandemic ini, sector ekonomi harus tetap dilangsungkan agar tidak terjadi kerugian yang semakin membengkak. Di antara solusi pemerintah dalam mengatasi krisis ekonomi di tengah-tengah pandemic ini adalah dengan menerapkan prosedur “New Normal” yang sangat dipertimbangkan dalam mempersiapkan kehidupan normal yang baru ditengah-tengah kesulitan pandemic covid-19 ini.

Prosedur “New Normal” telah disusun di berbagai macam sektor, salah satu sektor yang sangat berpengaruh dalam perekonomian adalah pengaturan bekerja dari rumah (work from home). Berikut adalah panduan pencegahan penularan Covid-19 dalam pengaturan bekerja dari rumah (work from home):

1. Menentukan pekerja esensial yang perlu tetap bekerja/datang ke tempat kerja dan pekerja yang dapat melakukan pekerjaan dari rumah.

2. Jika ada pekerja esensial yang harus tetap bekerja selama PSBB berlangsung:

Pertama, di pintu masuk tempat kerja lakukan pengukuran suhu dengan menggunakan thermogun, dan sebelum masuk kerja terapkan self assessment risiko Covid-19 untuk memastikan pekerja yang akan masuk kerja dalam kondisi tidak terjangkit Covid-19.

Kedua, pengaturan waktu kerja tidak terlalu panjang (lembur) yang akan mengakibatkan pekerja kekurangan waktu untuk beristirahat yang dapat menyebabkan penurunan sistem kekebalan/imunitas tubuh.

3. Untuk pekerja shift:

Pertama, jika memungkinkan, ditiadakan shift 3 (waktu kerja yang dimulai pada malam hingga pagi hari)

Kedua, bagi pekerja shift 3 diatur agar yang bekerja ialah terutama pekerja berusia kurang dari 50 tahun.

4. Mewajibkan pekerja menggunakan masker sejak perjalanan dari/ke rumah, dan selama di tempat kerja.

Titik perhatian besar dalam panduan ini adalah demi meminimalisir eksploitasi diri dalam bekerja, yakni dengan mereduksi pertemuan di tempat kerja, menjaga kebersihan secara totalitas dan mempertahankan pemenuhan hak tubuh yang sering kali diabaikan. Namun tanpa disadari, ketiga upaya ini telah menjadi prinsip pokok bagi seorang sufi.

Mereduksi pertemuan di tempat kerja, berarti pekerjaan yang dapat dilaksanakan dan diselesaikan di rumah, sekarang tidak perlu dikerjakan di tempat kerja. Sebab bagaimanapun yang seharusnya perlu direalisasikan hanyalah yang lebih penting saja daripada bersikeras melangsungkan pertemuan di tempat kerja itu, lebih-lebih di situasi darurat seperti sekarang ini, pandemic covid-19.

Hal ini sesuai dengan prinsip sufi yang sangat terkenal yakni “tarku ma la ya’ni”, artinya setiap hal yang tidak dinilai penting maka hendaknya ditinggalkan. Atau selayaknya riwayat yang berbunyi:

إن من حسن إسلام المرء تركه ما لا يعنيه

“Sesungguhnya, meninggalkan segala yang tidak nilai penting termasuk baiknya (kesempurnaan) Islamnya seseorang.” HR. Al-Tirmidzi

Begitu-pun, ini pernah terjadi di masa Umar bin Khattab, saat itu ia bahkan membatalkan keberangkatannya menuju ke Syam dan memilih untuk kembali pulang. Menurut riwayat Ibn ‘Abbas, saat Syam telah mengalami pandemic pula, yaitu Tha’un. Sementara Umar bin Khattab dan rombongannya, Ibn ‘Abbas juga saksinya sebagai salah satu peserta rombongan itu, hendak menuju Syam. Namun setelah mendengar wabah tersebut, ia beserta rombongannya memutuskan untuk “tidak jadi” menuju ke Syam.

Pada awalnya – keterangan dalam Shahih Muslim – banyak usulan dan pendapat yang ditangkap oleh Umar bin Khattab. Perdebatan itu dengan keputusan yang berkisar antara terus melanjutkan perjalanan menuju ke Syam atau membatalkan perjalanan itu. Akhirnya, Umar bin Khattab lebih memilih pada keputusan yang kedua.

Ending cerita singkat di atas ternyata juga sesuai protokol “New Normal”. Lebih baik meninggalkan kerumunan dan lebih memilih hati-hati dalam situasi darurat pandemic. Bahkan di situ, Umar bin Khattab lebih memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan menuju ke Syam, meski sudah dalam perjalanan yang cukup jauh.

Kebersihan sebagai actor utama dalam protocol “new normal” menuntut perannya secara totalitas. Slogan masyhur dalam Islam yang menggambarkan prinsip ini sering dilontarkan dengan “anadzofatu minal iman”, maka yang beriman tentu akan menjaga kebersihan. Tentunya tanpa kondisi mendesak seperti pandemic ini, muslim yang beriman harus menjaga totalitas kebersihannya demi memperoleh totalitas keimannannya.

Surat al Baqarah ayat 222 juga menjelaskan bahwa betapa Allah Swt. menyukai orang-orang yang menyucikan diri, di mana bagi seorang sufi membersihkan diri tidak hanya melulu pada dimensi dzahirnya saja, namun begitu juga pada dimensi bathinnya. Oleh karena itu, ayat ini menjelaskan keduanya secara bersamaan, bahwa Allah Swt. menyukai orang yang bertaubat (membersihkan dimensi bathinnya) dan orang yang menyucikan diri (membersihkan dimensi dzahirnya).

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

“…..Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.”

Terakhir, anggota tubuh sendiri juga memiliki hak yang juga wajib dipenuhi, tak perlu membebankan pekerjaan sift malam untuk mereka yang sudah menua (lebih dari 50 tahun). Selalu memberikan nutrisi yang layak untuk tubuh dan memberikan waktu istirahat pada tubuh dengan cukup. Mengapa demikian?, alih-alih dalam konteks non ibadah, bahkan dalam konteks ibadah pun Allah Swt. tidak pernah menginginkan hal yang berat terjadi pada hambanya, sebaliknya Allah selalu memberikan keringanan bagi hamba-hambanya.

يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ”

Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 185)

Hal serupa juga dijelaskan oleh salah satu hadis dalam kitab “Riyadhus Shalihin” yang menceritakan kunjungan Salman kepada Abu Darda’ dan memberikan anjuran untuk beristirahat (dengan makan dan tidur) di tengah-tengah kesibukan ibadahnya. Sebab bagaimana juga tubuh kita sendiri memiliki hak untuk beristirahat.

Nur Safitri

Pegiat bahasa dan mahasantri Ma'had Aly Al Fithrah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *